-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 22

Fahri telah selesai mencetak. Paman Hulusi mengajaknya makan pagi. Fahri sarapan ala Italia yang simpel, yaitu roti croissants yang ia makan dengan olesan madu, satu gulung Spinach Omelet Brunch, dan secangkir coffe e latte. Fahri begitu menikmati spinach omelet brunch Roll buatan Paman Hulusi. Ia memang spesialis membuat telur dadar dicampur bayam cara Italia. Meskipun cita rasanya telah disesuaikan dengan lidah Turki. Justru karena itu Fahri menyukainya. Dulu saat di Freiburg, Aisha juga sangat menyukai Spinach Omelet Brunch Roll buatan Paman Hulusi itu.

Pukul delapan lebih. Fahri dan Paman Hulusi keluar dari rymah melangkah ke garasi. Keira masih di beranda rumahnya. Duduk dan diam memeluk kakinya sendiri. Sebelum masuk ke dalam mobil, Fahri berusaha menyapa gadis itu.
"Hai!"

Keira mengangkat mukanya melihat Fahri dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekilas Fahri melihat muka Keira yang cantik, namun pucat karena baru saja selesai menangis. Keira tidak menjawab.

"Are you Ok?"

Keramahan Fahri itu tampakanya tidak menyenangkan Keira. Gadis itu mendengus lalu masuk rumahnya tanpa menjawab pertanyaan Fahri. Keira menutup pintu rumahnya dengan sedikit keras, Fahri masuk ke dalam mobilnya sambil menyabarkan dirinya. Paman Hulusi menyalakan mesin mobil itu dan siap berangkat ke tengah Kota Edinburgh seperti biasa.

Pada saat itu, Brenda yang tadi malam teler dan tidur di beranda rumahnya bangun. Ia kaget tidur di tempat itu dan berselimut. Ia melihat hari telah benar-benar terang. Brenda langsung cepat bangkit, sebab ia harus berangkat kerja. Brenda menggagapi saku jaketnya. Ia menemukan ponselnya. Ia melihat ja. Brenda kaget. Melihat mobil Fahri siap berangkat Brenda nekad menghadang. Paman Hulusi menghentikan mobilnya. Fahri menurunkan kaca pintu depan. Brenda mendekat.

"Maaf, darurat, apa kalian mau ke tengah Kota Edinburgh?"

Fahri mengangguk.

"Boleh saya menumpang. Jika mengejar bis saya akan sangat terlambat sampai di kantor saya."

Fahri mencium bau minuman keras dari mulut Brenda.
"Boleh."

Brenda ingin langsung naik ke dalam mobil.

"Jangan, silakan Anda cuci muka dan ganti baju. Kami menunggu. Lima menit!"

Wajah Brenda sedikit berbinar.
"Baik."
 "Oh ya, jangan lupa sikat gigi. Saya tidak tahan bau minuman keras. Maaf."
"Baik."

Perempuan itu langsung melangkah cepat ke rumahnya untuk menjalankan saran Fahri itu. Lima menit kemudian Brenda sudah keluar dengan muka yang lebih cerah, bau minuman keras yang sudah hilang serta pakaiannya lebih rapi dan elegan.

 ***
(bersambung....)
Nafilata Primadia
Load comments