-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 23

Brenda menaiki mobil dan duduk di jok dua.
"Jadi tujuan Anda ke mana?"
"Colinton Road. Kalian ke mana?"
"Kampus The university of edinburgh."
"Saya turun di halte dekat kampus, nanti saya nyambung dengan bus."
"Nanti biar Paman Hulusi mengantar Anda sampai Colinton Road."
"Terima kasih."
"Saya lihat Anda tidur di luar rumah, kenapa bisa begitu?" tanya Fahri.

"Ah, saya terlalu banyak minum semalam. Saya tak ingat pastinya bagaimana bisa sampai rumah. Saya hanya ingat, tadi malam saya pesta bersama teman-teman di rumah Jane, teman saya, di daerah Corstorphine. Mungkin ada teman saya yang mengantar ketika saya sedang teler, atau ada teman yang menaikkan saya ke dalam taksi untuk diantar ke sini. Ini saya kehilangan cincin. Tidak tahu di mana hilangnya."

Fahri mengangguk-angguk.
"Terima kasi atas tumpangannya."
"Kita bertetangga. Harus saling membantu. Jangan sungkan jika memerlukan bantuan kami."

"Kalin baik sekali."
"Segala kebaikan kembalinya kepada Tuhan."

Mobil itu terus meluncur ke barat menuju tengah kota edinburgh. Sepanjang jalan Fahri tiada henti berdzikir dalam hati sambil sesekali menjawab pertanyaan Brenda.

"la haula wa la quwwata illa billah...la haula wa la quwwata illa billah..."

Matahari bersinar lebih cerah ketika Fahri turun di George Square 19, di mana office-nya berada di kampus utama the university of edinburgh.
Paman Hulusi langsung mengantar Brenda ke tempat kerjanya. Begitu Fahru duduk di kantornya, Miss Rachel, staf administrasi menelepon dan mengabarkan kalau Profesor Charlotte masih dirawat di rumah sakit. Juga mengabarkan Profesor Ted Stevens ingin bertemu dengannnya.

"Prof. Ted Setevens berpesan, jika Doktor Fahri bisa ke kantornya, di tunggu sekarang. Jika Doktor Fahri sedang sibuk, beliau minta dikabari kapan bisa menjumpai Doktor Fahri di ryang Doktor Fahri." Kata Miss Rachel di telepon.

"Sampaikan ke Prof Stevens, lima belas menit lagi saya ke ruangan beliau."
"Baik, Doktor."

Fahri bertanya-tanya dalam hati, ada apa kira-kira pakar sosio-linguistik Arab dan Persia itu sangat ingin berjumpa dengannya. Kelihatannya sangat mendesak. Prof. Stevens masih muda namun karirnya sangat cemerlang. Umurnya hanya lima tahun di atas Fahri, namun ia telah meraih gelar profesor penuh sejak dua tahun yang lalu.

Prof. Stevens dikenal memiliki standar penilaian ilmiah yang tinggi untuk jurnal ilmiah di mana ia menjadi redakturnya. Fahri melihat jam tangannya, lalu menggelar sajadahnya untuk shalat Dhuha. Selesai Dhuha empat rakaat, Fahri meninggalkan ruang kerjanya menuju ruang Prof. Stevens.

Dua menit melangkah, Fahri sampai di depan pintu bertuliskan "Dr. Ted Setevens, Profesor Arab dan Persia Studies". Fahri mengetuk pelan. Terdengar langkah kaki mendekat, lalu pintu terbuka. Seorang pria bule berambut pirang keriting dan berkacamata tersenyum dan menyambut Fahri dengan kedua mata berbinar.

***
(bersambung...) 

Nafilata Primadia
Load comments