-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 54

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 54
Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 54
Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 54




Fahri menunduk. Kedua matanya berkaca-kaca. Raut mukanya langsung sedih. Tuan Taher merasa tidak enak.

"Maafkan saya. Sungguh, saya tidak bermaksud menyinggung atau membuat anda sedih."

"Tidak apa. Ah, rasanya kunjungan pagi ini sudah cukup. Saya mohon diri. Lain waktu insya allah saya berkunjung lagi. Atau silakan kalau ada waktu gantian berkunjung ke tempat saya."

Fahri bangkit. Tuan Taher kaget. Demikian juga Heba. Suasana jadi kikuk.

"Kenapa tergesa? Apa karena pertanyaan saya?"

"Ah, sama sekali bukan. Seperti yang saya sampaikan di masjid. Saya punya waktu sekitar setengah jam. Ini sudah lewat. Terima kasih atas jamuan teh hangat dan rotinya yang lezat."

"Terima kasih sudah berkenan datang. Sekali lagi mohon maaf kalau saya salah bicara."

"Tidak masalah. Asslamualaykum."

Fahri melangkah keluar diikuti Misbah. Heba melihat punggung Fahri dengan penuh tanda tanya.

7
Mengantar Nenek Catarina

"Seharusnya tidak seperti ini, mas? Tuan Taher dan putrinya itu tampak kaget sekali mas fahri pamitan. Seharusnya tunggu beberapa saat sehingga tidak seperti ini? saya merasa tidak nyaman."

"Aku tahu ini kurang tepat, Bah. Tapi aku harus segera pamit. Jika tidak, mereka akan melihat aku menangis di situ. Aku tidak akan bisa menahan diri, Bah."

"Apa yang terjadi dengan Aisha? Mas Fahri tampak begitu sedih ditanya tentang Aisha? Ceritakanlah padaku, mas. Mungkin ada yang bisa aku bantu. Atau paling tidak dengan bercerita sedikit bisa membuatmu lega."

"Panjang ceritanya. Nanti di rumah saja."

Fahri membawa mobilnya sedikit berputar melewati tengah Kota Musselburgh. Suara dengkur Paman Hulusi mengiringi perjalanan itu. Hari sudah sangat terang ketika Fahri mendekati halte bus di clayknowes Rd. Seorang kakek menunggu dengna kursi roda. Sebuah bus datang. Beberapa penumpang naik. Bus itu bisa sedikit merendahkan diri. Lalu dari pintu keluar tangga seolah menjemput kakek yang berkursi roda. Sang sopir turun membantu mendorong kakek naik. Fahri sengaja memperlambat mobilnya. Ia menikmati pemandangan yang tidak pernah ia jumpai di Indonesia, juga di Mesir, bahkan juga di Arab Saudi. Sebuha bus umum yang begitu ramah kepada penumpang yang difabel, Penumpang yang memerlukan bantuan khusus. Menurutnya, yang baru saja ia lihat itu sangat islami.

"Kalau Indonesia bisa begitu, bagus ya mas."

"Iya. Kita tahu konsep agar membantu saudara kita. Di dalam Al QUran dan hadits ada ajaran itu. Tapi dalam praktiknya sistem kita, bahkan sistem di negara-negara islam belum mendesain segalanya, termasuk sistem transportasinya untuk benar-benar membantu orang lain. Di Mesir, sering kita saksikan ibu-ibu tua mengejar bus. Bahkan ada yang terseret. Ada yang jatuh. DI Indonesia, pejalan kaki harus sangat hari-hari menyeberang jalan kalau tidak ingin nyawanya melayang. Di Eropa dan negara-negara maju, pejalan kaki adalah raja."


***
(bersambung....) 
Nafilata Primadia
Load comments