-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 71

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 71





Selalu ada kepuasan yang tidak bisa diungkapkan setiap kali ia selesai menulis surat kepada aisha.Ia membayangkan aisha membacanya, di sebuah tempat di sebuah rumah di Palestina, bersama keluarga palestina yang baik. Mungkin di Gaza. Aisha harus tinggal di sana, karena harus menolong mereka. Dan aisha membacanya dengan wajah binar-binar. Hanya saja aisha membaca emailnya, tapi tidak bisa membalasanya, entah karena apa. Ia puas namun air matanya meleleh.

Fahri melihat ke jendela. Ia melihat halaman rumahnya yang basah. Rerumputan yang basah. Pohon Mapel yang basah. Dan seluruh kawasan Stoneyhill yang basah. Fahri tersenyum ketika melihat dua ekor burung gereja berkejaran dan hinggap di rumah brenda. Burung itu mengingatkan masa kecilnya ketika hujan-hujanan bersama teman-temannya di halaman masjid. fahri mengamati sepasang burung itu dengan saksama. "Hai, ini belum musim semi, kenapa kalian tidak sabar sedikit?" kata Fahri dalam hati. Ia jadi teringat dirinya sendiri. Kalau aisha ada di sisinya, ia juga sering tidak sabar untuk mengajaknya beribadah dalam selimut sakinah, mawaddah war rahmah.

Di ujung jalan masuk kompleks Stoneyhill Grove, Fahri melihat seorang anak remaja berjalan dengan santai menembus hujan. Tanpa payung. Memakai jaket yang berpenutup kepala,tampaknya waterprof. Anak itu adalah jason, tetangga samping rumahnya. Di jalan depan rumah Fahri, jason sempat memandang jendela kamar fahri. Jason berjalan pelan sambil menatap fahri. Dengan dingin anak remaja itu kembali memberi isyarat kepada Fahri: F*ck You!

Fahri membalas isyarat itu dengan senyum, meskipun dalam hati ia beristighfar. Ia merasa harus mempercepat untuk mengambil tindakan mendidik anak remaja itu, agar menjadi pribadi yang lebih sopan dan beradab.

"hoca, sepuluh menit lagi adzan zuhur. mau shalat di masjid atau di rumah saja?" paman hulusi berdiri di dekat tangga.

"Hujan, paman, kita boleh shalat jamaah di rumah. Siapkan saja sajadahnya di ruang tamu." 

"Baik, hoca."

Fahri lalu bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Waktu sepuluh menit ia gunakan untuk membaca Al Quran. Ketika waktu zuhur sudah masuk, ia shalat dua rakaat lalu turun ke bawah. Dan shalat berjamaah bersama paman hulusi dan misbah.

"mas, profesor adeib supervisor mengirim sms. Dia memberikan waktu untuk ketemu sore ini. Di officenya di Heriot-watt university. Tapi kondisi sedang hujan begini. Bagaimana ya, mas?"

Fahri tersenyum mendengar cara misbah minta tolong kepadanya. Masih khas cara orang jawa. Ia tidak langsung bilang, bisakah aku diantar ke heriot-watt university? Sejak di kairo dulu, cara dia minta tolong juga begitu. Ia mengajukan satu permasalahan yang solusiny ada ditangan fahri, atau fahri bisa bisa pecahkan permasalahan itu.

***
(bersambung...) 
Nafilata Primadia
Load comments