-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 28

"Saya Taher Khan, saya mengajar physiotherapy di Queen Margaret University. Saya senang jika suatu saat nanti bisa berbincang lebih panjang."
"Insya allah, kebetulan saya tinggal tidak begitu jauh dari kampus QMU."
"Di mana?"
"Di Stoneyhill Grove, Musselburgh."
"Oh ya itu memang dekat. Saya di Musselburgh juga, di kawasan Inveresk."

Di pintu masjid keduanya berpisah. Paman Hulusi telah menunggu di halaman masjid. Ketika ia dan Paman Hulusi menghampiri mobil di parkiran, dua orang gadis mendekatinya. Satu berwajah Arab berjilbab modis dan satunya bermata sipit. Fahri terhenyak, itu adalah mahasiswi yang sempat ia keluarkan dari kelasnya. Dua gadis itu tersenyum.

"Assalamu'alaikun," sapa gadis Arab.

"Wa'alaikumussalam," jawab Fahri.

"Anda, Suu..." kata Fahri mengingat.

"Ya, bukan Suu tapi Juu suh."

"Ya, Juu Suh. Pendek tapi sering tertukar. Saya sejak di Indonesia sering bingung dengan nama-nama Cina. Pendek-pendek, mirip, dan sering susunannya terbolak-balik bagi saya."

"Terhadap sesuatu yang kurang biasa memang kadang terasa aneh dan rumit. Tapi kalau terbiasa, bagi kami, misalnya, ya mudah saja," sahut gadis berlogat Inggris-Cina.

"Hmmm, maaf apa Anda ada waktu untuk makan siang bersama kita.  Sebentar saja. Setengah jam kira-kira. Teman saya ini penasaran tentang debat Anda dengan imam tadi. Kami melihat dan mendengarkan dari tempat shalat perempuan," kata gadis berjilbab.

"Oh boleh. Mau makan di mana?"
 
"Bagaimana kalau The Kitchin?"

"Itu restoran mahal," tukas Fahri.

"Tidak masalah. Saya yang traktir."

"Baik. Kita jumpa di sana."

Fahri masuk ke dalam mobilnya. Dua gadis itu melangkah ke jalan raya.
"Kalau mereka tidak punya mobil, kenapa tidak kita ajak satu mobil saja, Hoca," gumam Paman Hulusi.

"Biarkan saja, paman. Mungkin dia parkir mobil di tempat lain. Atau dia mau naik taksi."

"Gadis Arab kaya itu kayaknya mau buang-buang uang. Makan siang saja di The Kitchin, kenapa tidak di kantin masjid saja?"

"Jangan selalu sinis sama orang Arab, paman. KIta lihat diskusi apa yang mereka inginkan."

Ketika mbil mau jalan, kaca pintu mobil di samping Fahri terasa diketuk-ketuk. Fahri melihat ke kiri.
"Berhenti, paman! Buka kacanya!"

 ***
(bersambung...)
Nafilata Primadia
Load comments