-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 45

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 45
Cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 45
Cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 45




"Astaghfirullah!" kata Paman Hulusi setengah berteriak.

"Ada apa, paman?"

"Lihat ini, Hoca. Baca tulisannya!"

Di kertas HVS itu ada tulisan pakai spidol merah tebal yang bunyinya: MUSLIM=MONSTER!

Fahri dan Misbah membaca istighfar.

Tulisan itu hendak dirobek oleh paman hulusi, namun dicegah Fahri.

"Jangan dirobek, paman. Biarkan utuh. Bawa kemari!"

Paman Hulusi mencopot kertas itu dan menyerahkannya kepada Fahri.

"Biar saya simpan. Tulisan ini akan saya jadikan cambuk untuk diri saya sendiri., agar menjadi muslim sejati, bukan monster!"

6
Jamuan Pagi di Inveresk

Alarm itu terus berdencit-dencit. Fahri berada dalam titik antara sadar dan tidak. Tubuhnya masih lelah, membuatnya berat untuk bangun. Ujung-ujung jari dan telapak kakinya yang hangat dalam balutan selimut tebal membuatnya enggan meninggalkan tempat tidur. Tangannya meraih ponsel untuk mematikan alarmnya. Ia tahu itu adalah tanda satu jam sebelum waktu shubuh tiba.

Di luar, udara dingin tiga derajat celsius mendesau.

Ia berusaha mematikan alaram itu namun tidak juga mati. Tubuhnya yang terdiri dari materi yang sama dengan materi tanah menahannya untuk menggapai kemuliaan langit. Namun ruh Al-Quran yang mengeram dalam dada dan jiwanya membangkitkan kesadarannya. Kalau tidak bisa delapan rakaat dan witir tiga rakaat, cukuplah dua rakaat dan witir satu rakaat. Apa bedanya Ahlul Quran dengan yang bukan jika Ahlul Quran tidak berdiri di sepertiga malam terakhir mengabsenkan diri kepada sang pemilik Al Quran, Tuhan seru sekalian alam?

Perjuangan untuk bangun menegakkan shalat malam ketika tubuh sangat lelah sungguh tidak ringan. Berjuang mengalahkan ego dan nafsu diri sendiri sungguh berlipat-lipat beratnya.

Fahri teringat nasihat Syaikh Utsman, guru talaqqi-nya di Mesir. "Sekali nafsu itu kau manjakan, maka nafsu itu akan semakin kurang ajar dan tidak tahu diri! Jangan pernah berdamai dengan nafsu! Sekali kau berdamai, maka nafsu itu akan menginjak harga dirimu dan menjajahmu! Jangan beri kehormatan sedikitpun pada nafsumu. Perlakukan dia sebagai makhluk hina, pengkhianat yang tidak boleh diberi ampun!"

Demi mengingat nasihat itu, Fahri langsung bangkit. Ia matikan alarm dan bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Sejurus kemudian Fahri sudah tegak menghadap kiblat dan membaca surat Al-Mu'minun dengan khusyu'.

Selesai tahajud, Fahri turun ke bawah. Ia memeriksa kamar di mana Misbah tidur. Kamar itu tertutup rapat. Misbah pasti sangat kelelahan, pikirnya. Fahri lalu melihat kamar Paman Hulusi. Kamar itu dibiarkan terbuka tapi gelap. Fahri berniat membangunkan Paman Hulusi. Fahri melongok ke kamar itu.


***
(bersambung...)
Nafilata Primadia
Load comments