-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 44

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 44
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 44
Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 44




"Pasti dia kamu kasih nilai banyak."

"Ya, iya, pasti. Mahasiswi kesayangan. IP dia saat lulusan 3,91. Terbaik di angkatannya."

"Pinter kamu, Bah."

"Kalau itu sejak dulu, mas."

"Makanya kamu tidak boleh gagal!"

"Aku inginnya begitu, mas. Tapi aku bertemu jalan buntu yang gelap gulita. Terpaksa aku harus pindah arah."

"Selesaikan Ph.D-mu, Bah. Eman-eman, tinggal satu langkah. Akan lebih baik kalau kau bawa Ph.D dari UK. Heriot-Watt University, reputasinya cukup bagus, kok."

"Tapi, dari mana aku dapat..."

"Aku yang tanggung beasiswa kamu. Aku tanggung SPP kamu dan biaya hidup kamu sampai kamu menyelesaikan Ph.D-mu."

"Bener, mas?"

"Insya Allah."

"Sebagai utang?"

"Bukan. Infak dari seorang sahabat untuk sahabatnya yang sedang berjuang fi sabilillah. Besok, kau temui supervisormu di Heriot-Watt. Bilang  padanya, kau ikut pindah dan minta petunjuk lebih lanjut bagaimana mengurus administrasinya. Paman Hulusi akan antar kamu ke Heriot-Watt University."

"Subhanallah. Matur nuwun, Mas Fahri. Jazakallah khaira. Ya Allah...Allah Maha Pengasih. Semoga Allah memudahkan segala urusan Mas Fahri." Kata Misbah sambil berkaca-kaca. Ia meraih tangan Fahri hendak dicium, tapi ditarik oleh Fahri.

"Fahri melihat jamnya.

"Sudah agak malam. Mari pulang. Besok usai shalat shubuh kita bisa lanjut cerita dan nostalgia sambil minum teh panas."

"Iya, mas. Sekali lagi ma...matur nuwun, mas. Aku tidak menyangka Allah mempertemukan kita. Ini sungguh perjumpaan tak terduga, sekaligus jalan keluar tak terduga atas masalah saya. Allah Maha Besar." Misbah masih terisak haru.

"Sudah, jangan cengeng begitu, Bah. Ayo jalan."

"Fahri bangkit diikuti Paman Hulusi. Misbah bangkit dari duduknya dan meraih salnya dan melilitkan ke lehernya, lalu berjalan mengejar Fahri dan Paman Hulusi yang bergerak menuju tempat parkir mobil.

Dua puluh lima menit setelah itu, mereka bertiga telah sampai di kawasan Stoneyhill Grove. Paman Hulusi langsung membawa mobil ke garasi. Mereka bertiga turun. Fahri mengambil tas kerjanya. Sementara Misbah mengambil tas ransel besarnya yang diletakkan di bagasi mobil. Misbah langsung mengitarkan pandangan ke kawasan itu dan mengamati dengan saksama rumah Fahri.

"Ini sudah rumah sendiri, mas? Tidak Kontrak?"

"Alhamdulillah."

"Subhanallah."

"Aisha ada di rumah, mas?"

Fahri menjawab dengan meletakkan jari telunjuknya di depan mulut sambil tersenyum. Misbah langsung diam. Mereka bertiga berjalan menuju beranda rumah. Paman Hulusi paling depan. Tepat di pintu, Paman Hulusi menemukan kertas HVS tertempel tepat ditengah daun pintu.


***
(bersambung....)
Nafilata Primadia
Load comments