-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 57

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 57
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 57
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 57




"Saya ada shift hari ini. Besok baru saya libur. Hei, nanti malam kau ada acara?" Brenda mendekati Fahri. Sementara Misbah berusaha membangunkan Paman Hulusi yang masih terlelap.

"Ada apa?"

"Saya ajak nonton konser Johny Reid, mau?"

"Di mana?"

"Sport hall, Queen Margaret University. Nanti saya beli tiket dua. Johny Reid sangat fenomenal di Kanada saat ini. Dia asli Skotlandia. Kau harus nonton. Kau bisa terhipnotis. Okay?"

"Terima kasih tawarannya. Maaf, saya sedang ada tamu dari jauh. Maaf."

"Itu tamumu?" Brenda menunjuk Misbah yang telah berhasil membangunkan Paman Hulusi.

"Iya. Ini teman saya, datang dari jauh, dari Bangor. Rencana mau pindah kuliah di sini. Saya harus menemani dia."

"Ajak saja dia, sekalian nonton konser. Saya beli tiga tiket tidak masalah."

"Ah maaf, kami sudah punya acara sendiri."

"Baiklah. Kapan-kapan kalau kau punya waktu luang malam hari, beri tahu aku ya?"

Fahri hanya tersenyum.

"Bye."

"Sebentar Brenda,"

"Ada apa?"

"Cincin itu sudah balik?"

"Oh ya, belum. Malah hampir lupa. Ah, saya ini memang banyak teledornya."

"Saya ingat nomor taksi yang mengantar kamu malam itu. Kamu ada pena dan kertas biar saya tulis?"

"Mmmm...ada. Sebentar."

Brenda mengambil pena dan blocknote kecil dari tasnya dan menyerahkan kepada Fahri. Dengan cepat Fahri menuliskan  nomor taksi yang ia lihat malam ihari di blocknote itu dan menyerahkannya kepada Brenda.

"Kamu yakin tidak salah ya, nomornya?"

"Saya yakin sekali. Ciri-ciri sopirnya tubuhnya gendut. Tidak terlalu tinggi dia Kira-kira seratus tujuh puluh senti."

"Terima kasih atas informasi berharga ini. Saya akan urus hari ini juga selesai kerja sebelum pergi ke konser."

"Semoga berhasil,"

Brenda tersenyum manis lalu melangkah cepat menuju jalan raya. Paman Hulusi sudah berdiri namun masih tampak berusaha menata kesadarannya.

"Masih ngantuk, paman?" tanya Fahri.

"Tidak jadi minum teh di rumah Tuan Taher?" gumam Paman Hulusi setelah diia benar-benar menyadari dirinya ada di Stoneyhill Grove.

"Kita sudah minum teh dan makan roti di rumah Tuan Taher, Paman. Ini baru sampai di rumah kita."

"Kenapa saya tidak dibangunkan?"

"Saya kasihan melihat paman sangat pulas. Mendengkurnya juga keras."

"HOca ini bercanda. Padahal saya ingin merasakan roti Bridie yang kata Tuan Tajer enak itu?"

"Belum rezzekinya, paman. Tadi juga katanya mau dibungkuskan, ternyata lupa. Lain waktu, insya allah. Ayo masuk. Kalau Paman mau tidur lagi, silakan."

"Saya sekali tidur kalau sudah bangun, sudah susah tidur lagi."

Misbah menyahut, "Kalau sudah tidur, dibangunkan juga susah."

Fahri tertawa.


***
(bersambung...)
Nafilata Primadia
Load comments