-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 59

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 59
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 59
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 59
 
 
 
 
"Inna lillah!" teriak Fahri.

"Ada apa, Hoca?!"

"Nenek Catarina!" kata Fahri sambil berkelebat lari ke halaman. Paman Hulusi dan Misbah mengejar.

Nenek Catarina kesakitan. Ia hendak berdiri tapi kesusahan. Fahri menolong dan membantunya berdiri. Nenek itu bisa berdiri.

"Terima kasih sudah menolong saya."

"Nenek mau ke mana?"

"Mau ke Sinagog, ibadah sabat."

"Nenek sudah tua. Kenapa tidak ibadaha sabat di rumah saja?"

"Ibadah sabat di Sinagog itu satu-satunya hiburanku di hari tua. Aku harus ke sana." Nenek Catarina berusaha melangkah tapi langsung mengaduh. "Aow!"

"Saya khawatir ada masalah di kaki nenek. Mari saya antar ke rumah!" bujuj Fahri.

"Tidak. Aku harus tetap ke Sinagog. Tuhan begitu baik padaku. Aku harus memuji Tuhan. Tapi aku tidak bisa jalan ke halte bus. Bisakah aku minta tolong dipanggilkan taksi?"

Fahri berpikir sejenak lalu melihat jam tangannya.

"Paman Hulusi!"

"Iya, Hoca."

"Bisakah minta tolong diantarkan nenek Catarina ke Sinagog?" pinta Fahri kepada Paman Hulusi dengan bahasa Turki.

"Ke sinagog?"

"Iya."

"Maaf, Hoca, tampaknya saya ngantuk. Saya perlu istarahat. Kepala saya terasa berat, Hoca."

Fahri mengangguk. Tanpa pamit, Paman Hulusi kembali ke rumah.

"Bah, kau temani aku mengantakn nenek Catarina ya?"

"Baik, mas."

"Nenek."

"Iya."

"Tidak usah memanggil taksi. Biar saya antar ke Sinagog, ya?"

"Aku tidak mau merepotkan kamu."

"Tidak merepotkan. Nenek saya antar, ya?"

"Senang sekali kalau kamu mau mengantar aku."

"Nenek tunggu di sini. Biar dipegang teman saya."

Misbah mendekat dan memegang tangan Nenek Catarina yang berdiri dengan bertumpu pada satu kaki karena kaki satunya sakit. Fahri masuk ke rumah mengambil kunci mobil lalu membawa mobil ke dekat Nenek Catarina.

"Nenek punya krek untuk jalan?"

"Tidak. Baru kali ini kaki saya bermasalah."

"Apa tidak sebaiknya kedokter dulu, nek? Atau kaki nenek mau saya pijat dulu?"

"Sudah kubilang, aku mau ke Sinagog!" kata nenek Catarina tegas.

Fahri merasa kemauan nenek itu sangat kuat. Sebenarnya ia hanya merasa kasihan dan khawatir kalau kaki itu benar-benar bermasalah. Tapi ketegasan nenek itu membuat Fahri tidak berdaya kecuali mengantarkan ke tempat yang dimauinya.

Dengan dibantu Fahri dan Misbah, nenek Catarina bisa naik ke dalam mobil. Sementara dari balik jendela, Paman Hulusi melihat kejadian itu dengan muka agak kurang suka. Mobil itu berjalan meninggalkan kompleks Stoneyhill Grove.


***
(bersambung...)
Nafilata Primadia
Load comments