-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 69

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 69


 

"Tiba-tiba pada tanggal 25 September, Hoca Fahri kembali mencari aisha ke palestina. Sebab tanggal 27 september adalah pernikahan mereka. Hasilnya kembali nihil. Iqbal datang bersama seorang syaikh dari mesir menemui fahri. Syaikh itu menyarankan fahri menikah lagi, atau kalau tidak pergi sementara waktu meninggalkan jerman agar bisa menata hidup dan tidak terus dibayangi kesedihan mengingat aisha.

Hoca fahri akhirnya berangkat ke sini. Hoca fahri diterima program postdoc di sini. Meskipun di sini hoca fahri menenggelamkan diri dalam riset dan riset, membaca dan membaca, juga mengurus bisnis. Tapi saya tahu sendiri, saya sering memergoki dia malam-malam menangis. Sepertinya teringat istrinya. Begitulah ceritanya."

Mendengar apa yang disampaikan paman hulusi, tak terasa kedua mata heba berkaca-kaca.

"Saya sangat khawatir, kalau seandainya Aisha itu masih hidup ternyata berada di sebuh penjara israel, yang kita tidak tahu itu di mana. Saya membaca banyak laporan, penjara-penjara di Israel itu untuk orang-orang palestina sangat tidak manusiawi. Termasuk penjara untuk kaum perempuannya." LIrih Heba.


"Ya Allah, mugi-mugi Aisha, Panjenengan paringi slamet."*

Doa misbah pelan nyaris tak terdengar dengan kepala menunduk.

"Apakah dia lebih banyak sedih, banyak menangisnya? Hari ini aku lihat di sedih sudah dua kali. Tapi pertama kali berjumpa di The kItchin tampak segar dia."

"Hoca fahri sesungguhnya orang yang sangat optimis, humble, dan sangat profesional. Dia hanya sedih kalau memang ada sesuatu yang membawanya mengingat Aisha. DIa sangat mencintainya, dan sangat menyesal kenapa tidak menemaninya pergi ke palestina."

Heba mengangguk-angguk.

"Oh, ya, ini, mari kita sarapan," paman hulusi teringat bungkusan nasi biryani di atas meja.

"Fahri tidak diajak sarapan sekalian, paman?" gumam misbah.

"Hoca di kamaranya pasti sedang menenangkan dirinya dengan shalat dan baca dzikir. Biarkan saja. Kalau dia sudah tenang dia akan turun."

Suara biola telah berhenti.

Paman hulusi mengambil nasi biryani dan memasukkan ke dalam piring, juga dua kerat daging domba, lalu memberikan kepada heba. Heba menolak. Ia ingin mengambil sendiri. Yang diambilkan paman hulusi menurutnya terlalu banyak. Mereka bertiga lalu menikmati sarapan. Menjelang mereka selesai makan, fahri turun dari kamarnya dengan wajah yang lebih cerah dan bergabung ikut sarapan.

Tema yang dibincangkan tidak lagi menyangkut tentang aisha. Dengan sangat asyik, heba mengajak bicara tentang perkembangan islam di UK, khususnya edinburgh. Heba begitu optimis bahwa cahaya kebenaran tak bisa dibendung siapa saja. Namun, umat islam diminta oleh Allah dan Rasul-Nya untuk sungguh-sungguh menyampaikan cahaya itu, meskipun cuma satu ayat,


*(jawa) arti: ya Allah, semoga Aisha, Engkau beri keselamatan.


***
(bersambung...) 
Nafilata Primadia
Load comments