"Terima kasih Nyonya Suzan, dan sampaikan rasa terima kasih tiada terkira dari saya untuknya. Bolehkah sebelum kompetisi di London saya berjumpa dengannya untuk menambah semangat saya?"
"Dia bilang tidak perlu. Dia hanya berpesan agar ketenaran dan kesuksesanmu nanti benar-benar digunakan untuk hidup di jalan yang baik, dan untuk membantu sesama sebisanya. Dia juga berpesan, sebentar lagi kau pasti perlu seorang manajer yang membantumu, di minta agar kau menjadikan mamamu sebagai manajermu. Itu saja pesannya. Bye."
"Bye.
Keira menutup ponselny, air mata keharuan tampak di pelupuk matanya.
"Tampaknya orang itu memberi hadiah yang sangat mahal sekali atas prestasi Keira." Lirih Jason.
"Benar. Dia ingin aku juara dunia. Menjadi pemenang pertama pada kompetisi tingkat dunia. Dan dia sudah menyiapkan semuanya agar aku ikut kompetisi di London. Dia benar-benar baik."
"Dia sepertinya jenis orang yang senang melihat anak-anak yang berbakat bisa mencapai prestasi tertingginya, sesuai dengan bakatnya. Dan dia sepertinya benar-benar kaya."
"Dia pasti kaya raya dan yang pasti sangat dermawan. Bayangkan, berangkat ke Italia berempat. Semua biaya dan semua keperluan dia yang tanggung."
"Kalau misal kau berjumpa dengannya, kira-kira apa yang akan kau lakukan, Keira?" Tanya Jason.
"Apa, ya? Rasanya aku ingin mencium kakinya. Mungkin terasa primitif. Tapi dia telah menyelamatkan diriku. Kalau aku diberi kesempatan bertemu dengannya, aku akan ciumi kakinya sebagai tanda terima kasih dan hormat."
"Benarkah?"
"Benar. Kau jadi saksinya."
***
Suasana di Stoneyhill Grove kini sedikit berubah. Kebahagiaan seperti memancar dari setiap rumahnya. Terutama rumah Keira. Rumah yang dulu penuh kesedihan dan tangis keputus-asaan, kini penuh senyum dan tawa riang. Keira seperti menemukan dunia baru, dunia yang sejak lama ia damba. Demikian juga Jason. Nyonya Janet merasa bisa hidup jauh lebih nyaman dan tenang, sebab tidak lagi harus memikirkan cicilan kredit rumahnya lagi.
Kebahagiaan sepertinya juga menghampiri rumah Brenda. Sejak sering berbincang dengan Sabina, ada cara baru dalam memaknai hidup yang dirasakan oleh Brenda. Ia merasa lebih bisa mengatur dirinya, mensyukuri segala karunia Tuhan untuknya, dan pelan-pelan merasa mulai menemukan tujuan hidupnya. Yang pasti, ia merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupan. Ia juga lebih bisa menghayati untuk apa ia berempati kepada orang lain. Karenya, mengurus nenek Catarina menjadi kebahagiaan barunya. Dan ia banyak belajar dari Sabina, sesungguhnya.
***
bersambung....