-->
Nafilata Primadia

#Warna-Warni Tes CPNS 2017 : Training Ojol Ibukota

#Warna-Warni Tes CPNS 2017 : Training Ojol Ibukota




Salah satu keinginan saat berada di Ibukota Negara Indonesia adalah, mencoba transportasi umum yang ada di sana. Namun, situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan menjadikan saya, memilih  transportasi online sebagai jawaban atas segala tanya.

Menggunakan jasa ojek online, pertama kali saya lakukan ya di Jakarta. Tepatnya saat lebaran haji tahun 2017. Itu adalah kali pertama saya pergi ke Jakarta seorang diri.

Karena memang benar-benar bertepatan dengan idul adha, jalanan ibukota sangat sepi. Beberapa jalan ditutup karena digunakan untuk kegiatan idul adha. Sangat menyenangkan melewati jalanan ibu kota saat lengang.

Selama menjalani proses seleksi CPNS, saya selalu menggunakan jasa ojek online, baik itu Grab atau Gojek. menyesuaikan dengan tarif termurah. Tapi nampaknya saya lebih sering menggunakan Gojek, karena sudah terisi Gopay. Sedangkan saat itu saldo saya yang ada di Grab tidak bisa dipakai. Berdasarkan info dari seorang driver, memang sedang bermasalah dengan BI saat itu.

Alhamdulillah, poin saya juga banyak bertambah. Kesempatan memenangkan undian liburan gratis semakin dekat

Mengingat imej macet yang begitu melekat erat dengan Jakarta, pilihan menjadikan ojol sebagai transportasi pilihan bagi pendatang baru cukup tepat. Meskipun, tidak jarang drivernya juga sering menanyakan, arah jalan lokasi yang dituju. Bahkan, meminta penumpangnya untuk buka peta, menunjukkan arah jalannya.

Yak. Pengalaman pertama naik ojol adalah nyasar. Gak naik ojol aja udah sering nyarasa. Because Nyasar is my midle name. Nyasarnya tidak begitu jauh. Hanya saja, saya merasa tidak enak. Soalnya, nyasarnya ke depan prasmanan untuk makan bersama acara idul adha :D.

Selama menggunakan ojol, tidak pernah tidak ditanya 'Lewat jalan mana mbak?'
Aku tidak tahu pak. Meski sudah mencoba menghafal pun aku tidak bisa. Otakku ini short-time.

Berikut ini adalah beberapa hal yang saya dapatkan selama menggunakan ojol di ibukota.

1. Nyasar is Our Life



Tidak semua driver ojol itu bisa membaca peta dengan baik. Sudah tidak bisa membaca peta, eh tidak pernah ke daerah tujuan juga. Kamu luarbiasa.

Saat pertama kali mau ke kantor BKN, driver ojol yang saya dapat adalah seorang bapak-bapak. Saya perkiraan usianya pasti sudah lebih dari setengah abad.

Saat itu, lokasi tujuan yang saya masukkan adalah Kantor CAT-BKN.

Seperti biasa, beliau menanyakan, lewat jalan mana kah. Jawaban saya pun seperti template yang sudah diatur sedemikian rupa. 'Wah gak tahu pak. Saya juga baru pertama kali mau ke sana.'

Sembari mengendarai motornya, si Bapak menjelaskan pilihan jalannya. Karena saya memang tidak tahu



Di tengah perjalanan, si Bapak meminta saya untuk membuka maps di hape, dan membaca petunjuk jalan. Ya sudah. Siapp pak.

Saat sudah mulai dekat daerah yang dituju, si Bapak mulai bingung. Kami berhenti di dekat SPBU, dan beliau meminta saya untuk bertanya ke pedagang es yang ada di dekat situ, terkait lokasi yang kami dituju.

Alhamdulillah, jalannya sudah benar. Tidak jauh dari SPBU. 

Saya sampai lokasi diawal waktu. Setelah sampai di lokasi, drivernya langsung bilang 
'Saya kira tadi pabrik cat apa mbak. Soalnya di hape kan namanya CAT apa gitu.'
Ku hanya tersenyum manis.

Pengalaman yang lainnya ketika saya hendak pulang ke penginapan di daerah Palmerah. 

Selama pergi dan pulang, saya tidak pernah melewati jalan yang sama. Setiap driver tanya mau lewat mana, saya jawab saja 'Terserah Bapak mau lewat mana, yang penting saya sampe deh pak. Saya gak paham jalannya. Soalnya tiap naik ojol, jalannya beda-beda terus T_T, dan saya bukan akamsi Pak'

Sewaktu saya hendak berangkat ke Kantor Kementrian Pertahanan di hari pertama, kan saya berangkatnya pagi tuh. Saya dapat drivernya, lagi-lagi Bapak-bapak. Beliau langsung menyampaikan jalan alternatif yang akan ditempuh. Sepertinya beliau sudah khatam dengan jalanan ibukota.

Sepanjang perjalanan, beberapa kali beliau bilang 'Kalau lewat jalan sana, nanti macet.' Oke, Pak. Asikin aja Pak, mau lewat mana. Ayuk aja saya mah Pak.



Nah, terakhir, saat pesan ojol untuk pulang dari Kantor Kementrian Pertahanan ke kosan di daerah Kemayoran. Lagi-lagi drivernya gak paham jalan. Ketika saya tunjukkan jalannya, eh ternyata salah kan ya. Kejauhan ternyata. Beliau ngomel-ngomel. Huhuhuhu

2. Lincah Itu Perlu



Sumpah nih ya, tantangan rider dan driver di Ibukota berat banget. Jalan utamanya lebar, tapi sekalinya macet. Masya Allah. Bernafas aja susah. Saking banyaknya asap kendaraan.

Tapi mereka sudah terlatih. Masalah salip sana-salip sini tidak diragukan. Bahkan Bapak driver yang mengantarkan saya dari penginapan di Palmerah ke Kantor Kemhan, ternyata menggunakan jalur alternatif yang lewat depan rumah orang. Depan rumah orang banget. Jadi sewaktu lewat tuh, ada bapak-bapak lagi ngeteh di depan rumahnya, kami permisi-permisi numpang lewat.



Belum lagi saat menemui kemacetan yang super parah.

Sekali saya merasakan betapa lengangnya jalanan ibu kota, pada saat idul adha, membuat saya merasa 'Ah, aku betah nih di Jakarta'. Sekalinya di jalanan saat jam pulang kerja+hujan+banjir, modyarrr. Bisa tidak bergerak sama sekali.

Lampu lalu lintas, dari merah kuning hijau sampe tiga kali, tetapi kendaraan roda empat tidak bisa bergerak. Karena pemotor juga sih yang jahat. Hehehe.


3. Lupa itu manusiawi, tapi...



Iya, masih menyambung dari kelincahan rider ojol ibu kota, dibaliknya....mereka melupakan nasib kaki penumpangnya.

Beberapa kali saat saya mendapatkan driver dengan kendaraan roda dua tipe matic, mereka dengan was-wus semakin di depan mengendarai tunggangannya. Menyalip ke sana-kemari membawa alamat. Kaki gueee Pak, Bang, Om, Pakde. Tolonglah. Menyenggol motor sebelah sakit juga kali.

Belum lagi saat berada di tengah kemacetan, Ya Allah, kakinya deketan sama knalpot motor tetangga. Rasanya knalpot kendaraan lagi pada ngobrol. Salah posisi dikit, semlehoy rasanya. 



Paling parah sih waktu perjalanan menuju stasiun Gambir. Saat itu drivernya memang masih muda.

Kondisi cuaca sedang hujan selepas magrib. Saya hanya mendapatkan jas hujan untuk menutup tubuh bagian atas saya saja. Alhamdulillah. Meski pun perjalanan cukup jauh. 

Alhasil selama diperjalanan, celana saya kebasahan lah. Tetapi, saking lamanya terjebak macet, sampe mulai kering celana saya kena panasnya kendaraan lain. Ehehehe



Nah, ini drivernya sadis. Macet-macet, mepet banget ke kendaraan di kanan-kiri, Kadang mepet-mepet ke arah trotoar. Padahal aku pernah memiliki pengalaman buruk karena terlalu mepet trotoar.

Ingin ku menyanyikan sebuah lagu untuknya,
"Kamuuu....tak tahu, rasanya kakiku, kejepit, ditrotoar...."



4. Kesabaran



Berdua...bersamamu mengajarkanku, apa artinya kenyamanan, kesempurnaan, kesabaran.

Ya kesimpulan atas semua peluh yang bercucur selama perjalanan, asap kendaraan yang terkumpul dalam paru-paru selama perjalanan, helm dengan aroma terapi pilihan, marilah bersama-sama kita belajar arti kesabaran. Walau hidup, kadang tak adil, tapi ojol membantu kita~


Nafilata Primadia
Load comments