-->
Nafilata Primadia

#WarnaWarni Pengalaman Tes CPNS 2017 : Aku Nomaden

#WarnaWarni Pengalaman Tes CPNS 2017 : Aku Nomaden


Setelah berbagi cerita tentang tahapan seleksi CPNS Kementrian Pertahanan 2017 yang terdiri dari beberapa tes. Mulai dari Tes SKD, dan SKB, Psikotest, MI, sampai Semapta. Sekarang saya mau menceritakan kisah-kisah selama saya mengikuti tes CPNS.

Now let me tell you stories behind the scenes ehehehe

Di mana aku tinggal? Bagaimana aku hidup? Bagaimana bila tidak denganmu.....huuu



Saat tes kedua kalinya di Jakarta, saya memilih untuk mencari penginapan sendiri. Karena memang tidak punya sanak sudara yang tinggal di Jakarta, selain Mamas saya-yang-juga-tinggal-indekos. Karena menginapnya lebih dari satu malam maka saya males juga kalau harus nebeng di kosannya. 

Saya pakai aplikasi Airy Room, RedDoorz, dan Pegi Pegi untuk menemukan lokasi penginapan yang dekat dengan stasiun Gambir dan juga tidak terlalu jauh dengan lokasi tes.

Kok nyarinya pakai tiga aplikasi?

Ya. Untuk menemukan yang terbaik dengan harga termurah.



Setelah mencari dengan berbagai filter pencarian. Akhirnya pilihan jatuh ke Penginapan DeNovaren Guest House, Palmerah Barat. Ada dua pilihan tipe kamar. Ber-Ac dan Non-Ac. Saya sih sudah biasa cuma pakai kipas angin, jadi saya pilih yang lebih murah saja. Pemesanan saya lakukan menggunakan aplikasi pegi-pegi. 

*Saya mau sekalian review penginapannya*

Penginapan Denovaren yang di daerah Palmerah ini tempatnya bersih. Pegawainya ramah. Meskipun saya terlalu pagi untuk check in, tapi pegawai receptionistnya tidak masalah. Langsung dikasih kunci juga.

Dengan harga IDR80K/hari, fasilitas yang saya dapatkan adalah
- Kamar (ya iyalah)
- Satu kasur busa (lesehan)
- Bantal+Guling
- Meja+Laci
- Kipas angin
- Kamar mandi di luar kamar tidur
- Free Wifi 24 jam. Kenceng lagi.
- Dapur bersama
- Area parkir (?) Agak kurang ya.

Penginapannya juga dilengkapi dengan CCTV. Ke luar dari kamar mandi, kalau pandangan lurus ke arah plafon, langsung menatap CCTV. Kadang saya merasa ada yang ngliatin jadinya.


Lokasinya dekat dengan kampus Binus. Kalau mau cari makan juga tidak sulit. Tinggal ke luar gerbang, jalan sedikit, sudah banyak pilihan. Mulai dari makanan ringan, sampai yang berat-berat.

Salah satu pegawainya ternyata berasal dari Lampung juga. Jadilah kami mengobrol seputar daerah asal, sembari menunggu kamar sedang disiapkan.

Oh iya, tadinya kan saya cuma mau menginap 2 hari, tetapi setelah kemunculan pengumuman mendadak, saya langsung perpanjang sewa hingga 7 hari. Alhamdulillah, sama owner-nya dikasih diskon IDR5K/hari. Alhamdulillah.

itu yang aku cari hemm

Oh iya, setelah dua hari, kita boleh request ganti seprei kasur.

Di sini benar-benar sangat mudah mau kulineran. Tiap pagi bakal denger suara rekaman tukang roti. Siang dikit tukang bakso, sorean tukang roti lewat lagi. Waktu malem, tukang yang lainnya banyak banget.

Malam pertama di penginapan, saya coba keliling daerah sekitar mencari makan malam. Ya Allah, pengen jajan-jajan. Tapi harus jaga kesehatan. Akhirnya beli nasi goreng spesial saja. Saat itu juga aku bertekad mau makan sate besok malemnya. Padahal di sana ada ayam gepuk juga. Ya allah, godaan pengen jajannya itu. Kutahan.


Tidak akan tergoda..daaa

Karena di penginapan tidak disediakan minum, saya pun memborong 3 botol besar air mineral. Itu pun hanya untuk satu setengah hari. Besok siangnya kehausan. Males mau ke luar. Males turun tangga. Malesannya parah banget.

Serba salah mau cari lauk saat sedang ikut tes begini. Mau beli sayur, takut micinnya bikin bengek. Beli ayam aja, tapi butuh sayur. Eh, ujungnya pas sarapan belinya sayur capcay sama sambel telor ceplok. Soalnya butuh asupan sayur banget. Padahal pengen makan yang pedes. 

Gak kuatttt TT

Subuh pertama di penginapan, saya sempat syiook. Soalnya pukul 04.00 sudah adzan subuh. Buseet. Rajin banget orang Palmerah nih. Hehehehe. 

Malam kedua di penginapan, keinginan untuk jajan sate madura GAGAL. Keburu laper banget. Gak kuat untuk nunggu kang satenya kipas-kipasan dulu. Gak sanggup menahan terlalu lama. Sebenernya, penasaran sama soto bogor, tapi lagi gak pengen makan soto. Akhirnya memutuskan untuk beli ketoprak ya, di mana sebelumnya beli stok air mineral dulu ke Alfamart. Supaya tidak mati kehausan di penginapan.

Lumayan antri juga ternyata ketopraknya. Tapi aku lebih sabar.

Sabar menahan lapar

Ternyata gas untuk kompor si bapak habis. Berkali-kali si bapak dengan senyum penuh groginya meminta pelanggannya sabar. 

Iya pak saya sabar.
Karena sudah terlalu laper, akhirnya saya bersabda
'Pak, punya saya gak usah pake telor goreng saja pak.' (Saya laper banget ini pak. Gak kuat jalan lagi, bawain 8 Liter air minum)

Akhirnya jadi juga...
......
Jadi tukang nunggu gerobak ketoprak, selama si bapak keliling nyari gas.

Kasihan. Beliau sempat bilang, 'Baru juga buka, masa mesti pulang, gara-gara gak ada gas.'

Beliau mencari ke setiap warung ditemani seorang temannya yang mungkin tetangganya juga. Tapi gak dapet-dapet juga. Kasian bapaknya. Sempet duduk sebentar. Ngeliat dagangannya. 

Selama saya ngejogrok makan ketoprak di tempat, beberapa calon pembeli datang. Saat mereka tanya, saya bilang, penjualnya lagi nyari gas. Kemudian ada yang batal beli ketopraknya juga.

Setelah selesai makan pun saya menunggu bapaknya balik dulu, karena saya butuh uang kembalian. 

o0o

Saya pun pulang ke penginapan dengan rasa kenyang dan bahagia. Bisa tidur nyenyak lagi. Siap menghadapi hari esok.

Hari kedua di penginapan, disore hari yang cerah, dengan masih menggunakan seragam hitam putih, saya sok iyes mencari tempat praktik bidan. Saat itu rencananya, mau bikin surat keterangan sedang tidak hamil. Siapa tahu, bisa buat di Jakarta, jadi tidak perlu pulang kampung.

Jalan kaki saya menyusuri jalan komplek. Biar berasa anak kampung sana. Setelah ngos-ngosan, ternyata lokasi yang ditunjukkan oleh google maps, sudah berganti jadi penginapan khusus cowok.

Ternyata, aku ditipu huft. Kesalnya aku
Yah. Kuanggap saja pemanasan sebelum tes lari.


Meskipun ada fasilitas dapur bersama, tapi saya selalu makan di luar. Jadi saya tidak menikmati fasilitas ini. Eh, kalau mau cuci pakaian juga disediakan tempatnya. Di rooftop. Nyucinya sambil liat atap-atap rumah warga. Saya sih, selama menginap di DeNovaren, cuma sekali saja nyucinya. Ehehehehe

Hal yang paling saya kurang suka selama dipenginapan adalah, air dari showernya kurang kenceng. Biasa mandi pake gayung saya tuh, jebar-jebur. Mandi dengan air shower yang seperti ingus orang pilek di hari-hari terakhir, susah ke luar. Tiap kali selesai mandi, malah keringetan. Huahahaha



Nah. Sekian untuk cerita pengalaman selama di penginapan DeNovaren.

o0o

Proses seleksi yang membutuhkan waktu sampai dua minggu, membuat saya harus memikirkan masalah tempat tinggal. Tidak memungkinkan jika harus tinggal di penginapan yang IDR75K/malam. Lebih baik kita usai di sini sekalian cari indekos satu bulan kan. Barangkali mendapatkan harga lebih murah.

Setelah izin pulang satu hari, saya masih punya sisa 2 malam untuk tinggal di penginapan. Beruntungnya, sebelum tes kesehatan saya bertemu dengan sesama peserta asal Lampung, kakak tingkat pula ternyata eee ternyata.

Beliau menwarkan untuk ikut tinggal di rumah saudaranya, yang ada di daerah Bintaro. Saya terima saja dengan senang hati penawarannya.


Ketika saya harus puasa mulai pukul 21.00, tetapi saya masih makan nasi ayam dengan porsi nasi besar pukul 20.00, saya merasa sangat bersalah. Dari pagi-sore saya sudah menghindari minum-minuman yang manis, tapi saat makan malam, dihidangkan teh hangat manis, dalam hati aku menangis. Masih ada satu kaleng bear brand yang mau diminum, tapi perut udah kembung banget diisi air mineral. 

menyimpan kesedihan

Meskipun hanya semalam, ya Alhamdulillah ya tinggal di tempat yang sungguh sangat nyaman. Lokasinya juga lebih dekat dengan RS. dr. Suyoto, dibandingkan dari penginapan sebelumnya. 


Loh, cuma satu malam? Selanjutnya tinggal di mana lagi?


Awalnya mau kos di indekos yang sama dengan Mamas. Agar nanti bisa dilanjut saja sama Mamas saya uang kosnya. Tapi, kakak tingkat saya menawarkan untuk kos bareng, di indekos milik saudaranya di daerah Kemayoran. Penawaran ini pun saya iyakan lagi.

Ternyata lokasi indekosnya jauh dari RS tempat saya tes kesehatan. Naik Go-Jek, tarifnya lima puluh ribu. He he he he. Teman-teman peserta yang lain sempat menyarankan untuk naik kereta saja. Tapi mereka takut saya malah salah turun, nanti saya turun tahta. Ha ha ha ha.

Jadi bingung mbak inul

Di kosan yang baru, kasurnya cuma satu. Kamar mandi di dalam dan mandinya pake gayung. Dilengkapi dengan AC, ada lemari pakaian, dapur bersama, tapi tidak ada free wifinya.

Lingkungan sekitarnya memang lebih sejuk. Ada taman-taman dan lapangan sepak bola juga di dekat kosan. Tapi sepi yang dagang makanan. Harus jalan dulu ke arah Masjid Agung Kemayoran.

Waktu di Palmerah, yang tinggal turun tangga, buka gerbang, jalan sedikit saja kadang males banget mau cari makan. Apalagi ini. Jangan ditanya.

Di sini lebih susah cari variasi makanannya. Tiga hari tinggal di sini, makannya lauk ayam terus. Mengingat saya tidak begitu suka daging ayam, tentu saya merasa agak terbebani saat harus mengunyah daging ayam. Hingga akhirnya, dua malam kemudian saya beli soto, daging ayamnya pun saya kasih ke kucing yang nunggu di sana.

Daaaaan...harga makanan di sini mahal-mahal. Huhuhu.
Sekalinya ketemu tempat makan dengan rasa masakan rumah, harganya lebih mahal dari nasi ayam penyet di depan Masjid Agung.

Saya selalu terkejut kalau habis makan di Jakarta sih. Hahaha. Terutama dengan harganya. Pernah saya sarapan nasi uduk di dekat kantor Kementrian Pertahanan, pas tanya 'Berapa Bu?',

'12 ribu aja dek.'

Aku tidak dengar Bu
Deg....



Ya Allah, kalo di dekat kosan Kampung Baru, dulu, cuma 6 ribu ya. Sad.

Kemudian, teman saya yang beli soto juga tidak kalah kaget. Ternyata harga sotonya 15ribuan. Lontong sayurnya 17ribuan. Oalah. Dulu saya sarapan bubur ayam di dekat penginapan DeNovaren, 7ribu dapet banyak loo. Kenyang.

Pengeluaran semakin tidak terkendali. Saking kepengennya saya makan sayur, saya keliling di sekitar daerah kompleks tetangga. Saya ingin sekali makan sayur asem. Susah banget saya mau makan sayur di Jakarta ini. Hahahaha. Akhirnya, saya beli nasi gudeg (jadi pengen makan gudeg lagi). Karena saya ingin tetap sehat dan kuat, saya pilih lauknya telor.

Selesai makan, saatnya membayar. Harga yang harus dibayar ternyata ......
sebesar 25ribu.

Saya terkejut dengan jawabanmu Pak

*Pengen mecahin gentong gudegnya....* Beli di stasiun gambir, harga segitu dapet ayam juga.


Sejak saat itu, saya makin trauma mau beli sayur. Takut lebih mahal dari harga ayam.

o0o

Air di daerah indekos yang kedua ini menurut saya kurang enak. Tidak segar. Gak suka saya. Kalau nanti saya sudah merantau di Jakarta, saya tidak mau tinggal di daerah sini ya. Meskipun di kelilingi rusun, tapi susah cari jajanan murahnya.

Sampai hari terakhir tes, saya tinggal di sini. Jadi, sekitar 10 harian kalau tidak salah, saya beredar di daerah kemayoran.

Bayarnya berapa?

Lupa ya saya. Sepertinya saya bayar 300 atau 400 ya.

Oke. Sekian pengalaman nomaden saya selama tes CPNS Kementrian Pertahanan, yang belum menjadikan saya lulus sebagai CPNS.


Nafilata Primadia
Load comments