-->
Nafilata Primadia

Bukan KEBETULAN

Bukan KEBETULAN
liwunfamily.wordpress.com





Badrun : "Wah, kamu hebat ya bisa dapetin Tini si kembang desa itu."
Bejo     : "Iya dong. Secara, gue kan Kumbang Desanya. Gak ada kembang desa yang nolak gue."
Badrun : "Tin, selamat ya. Emang apasih Tin yang buat kamu mau jadian sama Bejo,"
Tini       : "Ahh itu kebetulan aja. Waktu itu gue lagi pengen boker. Terus ketemu Bejo di jamban umum. Yaudah, kita ngobrol-ngobrol di jamban bareng. Dia nembak gue."
Badrun  : "Jadi...?"
Tini        : "Kebetulan hobi gue sama bejo kan sama. Sama-sama suka nyari cemilan dijamban. Gue terima aja."
Badrun  : *masukICU, karena muntah jamban*


obrolan kedua.

Tini         : "Jo, lo kok bisa sih gak remedial ulangan fisika?"
Bejo        : "Ah kebetulan aja. Pasti ibunya yang ngoreksi lagi sembelit."
Badrun    : "Iya sih. Gak biasanya banget lo bisa dapet 50 loh di ulangan fisika."
Bejo        : "Gue bilang juga kebetulan aja. Kebetulan contekan yang gue buat tadi pas sama soal dari bu gurunya."
Tini          : "Ebuset. Elo nyontek masih dapet 50."



Itu tadi cuman sekilas aja kok. Obrolan diantara anak-anak remaja zaman modern XD
Sudah dibaca dan dibayangkan belum kedua obrolan di atas?
Mana yang lebih menarik?
Pasti yang atas kan. Jangan-jangan dianatara kalian ada yang pernah mengalaminya juga ya. Ah akui saja. Jangan ada dusta diantara kita (/\^^)

Kali ini gue mau ngebahas tentang kata Kebetulan.
Kebetulan gue lagi pengen bahas kata kebetulan. Ahh rbet nih kalimat yak.
Gue terinspirasi membahas ini dari dosen rangkaian digital atau biasa anak kelas nyebutnya jadi  radit. Namanya Pak Gurum Ahmad. Kata beliau, orangtuaya dulu pengen beliau jadi seorang guru. Makanya namanya GURUm. Ternyata beliau jadi dosen, pas lah sama namanya gurum(guru mahasiswa). Itu cerita beliau. Ini adalah kali kedua bertemu beliau dimata kuliah yang berbeda. Tapi diilmu dasar yang sama, yaitu FISIKA. Ahh, malah jadi nyeritain pak Gurum ginikan. :D

Mending langsung ngobrolin tentang kebetulan aja yuks.

Sewaktu gue masih alay, alay, dan alay. Gue terlalu sering nampaknya menggunakan kata kebetulan. Tapi semenjak gue mulai gaul, gue mulai menyadari. Emangnya ada ya yang kebetulan di dunia ini?
Lebih tepatnya sih, gue mulai berpikir begitu karena denger ceramah seorang ustadz di Televisi. Kalau tidak salah (re:benar) ini terjadi dua tahun yang lalu. Waktu itu sedang puasa ramadhan. Menjelang berbuka. Nunggu adzan maghrib. Dengerin dan liat kultum di tivi. Pas banget pak ustadnya bilang.

"Di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua sudah direncanakan oleh Allah SWT."
Seketika, gue mulai meresapi kalimat itu. Dan ternyata. Gue pun ikut meng-Iyakannya. Allah itu sudah merencakan semuanya. Lantas kenapa kita suka menyebutkannya suatu kebetulan. Bukan suatu kebenaran.

Padahal di matematika diskrit dan rangkaian digital pun adanya Tabel kebenaran, bukan Tabel Kebetulan. Kata Pak Gurum itu. Walaupun kata dasarnya, Benar dan Betul itu memiliki definisi yang sama, tetapi waktu ditambahkan imbuhan awalan ke- dan akhiran -an. Menjadi kebenaran dan kebetulan.

Dan dua kata itu menjadi memiliki arti yang berbeda.
Terus kenapa yang sering diucapin yang kebetulan. Kalau yang pasti itu kebenaran.
Coba kita renungkan, apa yang terjadi pada kita selama ini itu hanya kebetulan.

Aku dan kamu menjadi kita, apa ini akan disebut kebetulan.
Mendapat nilai tertinggi disekolah padahal pinter juga gak seberapa, apa kamu sebut ini kebetulan
Berhasil mendapat seorang kembang desa padahal kantong semar juga biasanya mati kalo dideketin, apa ini kamu sebut kebetulan
Berhasil dapet nilai fisika 50, padahal selama ini dapetnya 0 apa kamu sebut ini kebetulan
Bertemu dengannya ditaman kota, apakah kamu sebut ini kebetulan
Berjabat tangan, merasakan lembut jari-jemarinya, apa kausebut ini kebetulan

Tidak ada yang kebetulan di dunia  ini. Allah SWT telah mengaturnya sedemikian rupa, sedemikian cantik dan indahnya. Jangan  kau sebut kebetulan, karena itu adalah suatu kebenaran.
devindhapermatasari.blogspot.com


 
Nafilata Primadia
Load comments