-->
Nafilata Primadia

Tipe Caleg atau Calon Pemimpin yang Gak Perlu Dipilih

Tipe Caleg atau Calon Pemimpin  yang Gak Perlu Dipilih
Sebenarnya saya tidak seberapa suka kalau mau membicarakan atau menuliskan hal berkaitan tentang politik. Karena saya sering terbawa emosi. Takutnya yang mendengar atau membaca jadi capek, ikutan emosi juga. 

Tapi saat ini saya sedang ingin sedikit berbicara tentang calon- calon pemimpin di Indonesia. Kalau terlalu terbawa emosi ya maap-maap aja ya.

Saya bukan kader atau simpatisan dari partai ataupun orang mana pun. Saya akan memilih dan mendukung orang yang memang pantas didukung saja.

Dimusim kampanye seperti ini semakin bermunculan beragam sosok yang ingin jadi pemimpin. Agar tidak terjebak salah pilih, berikut beberapa jenis calon yang gak perlu dipilih versi saya.


1. Suka Melanggar Aturan

Orang-orang yang mengaku pintar dan hebat sering bilang "Peraturan ada untuk dipatuhi."
Anda percaya? Saya tidak.
iring-iringan pejabat


Entah memang ada peraturan khusus atau bagaimana, nyatanya banyak pejabat kita yang kalau lampu lalu lintas warna merah sedang menyala, iring-iringannya tetap diperbolehkan lewat saja. Gak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP No. 43 Tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan pasal 65 ayat 1) yang berbunyi :

                                  Hak Utama Penggunaan Jalan Untuk Kelancaraan lalu Lintas
Pasal 65
(1)  Pemakai jalan wajib mendahulukan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas

b. Ambulans yang mengangkut orang sakit

c. Kendaraan untuk memberi pertolongan pada kecelakaan lalu lintas

d. Kendaraan Kepala Negara (Presiden dan Wakil Presiden) atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara

e. Iring-iringan pengantar jenazah

f. Konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat

g. Kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus
.

Senin, 17 Februari 2014.
Siang itu, sepulang kuliah saya hendak mengantarkan teman saya yang nebeng pulang. Di jalan, tepatnya di lampu merah simpang Kemiling, kami berpapasan dengan iring-iringan mobil capres-cawapres yang platnya B 1 MNC. Mungkin kalian ada yang kenal mereka?

Rombongan mereka datang dari arah berlawanan. Saat mereka lewat, lampu lalu lintas dari arah saya yang menyala warna hijau. Tapi, yang jalan malah rombongan pejabat itu. Padahal lampu lalu lintas dari arah mereka masih merah.*tepokJidat*

Gak habis pikir, baru calon pemimpin negri begini, tetep melanggar tata tertib. Kalau udah jadi presiden sih iya aja udah ada di peraturan untuk di dahulukan. 

*mungkin belajar jadi presiden dulu yak, biar gak kaget ._.*


Malah pernah, saat saya berangkat kuliah ada mobil partai dengan warna merah, entah dari partai mana saya tidak begitu memperhatikan karena mereka terlalu ngebut.

Saya gak tau, siapa orang yang ada di dalem mobil itu. Sampe harus dibawa dengan kecepatan yang harusnya gak secepat itu dijalanan yg padat kendaraan. Akhirnya, pengguna jalan yang lain, harus menepi. Mereka harus mengalah, memberikan jalan untuk orang yang gak mereka kenal. Untuk orang yang mungkin sebenernya gak penting.

Parahnya lagi yang pernah saya alami adalah ketika saya SMA. Saat itu sedang ada perbaikan jalan. Jadi jalan yang bisa digunakan hanya yang searah. Jadilah jalannya makin sempit. Dan dampaknya, macet mengular.

Sudah hampir setengah jam saat itu saya dalam angkot terjebak macet. Tiba-tiba saja datang rombongan pejabat bupati dan anteknya lewat. Sirine berbunyi kencang sekali. Mobil-mobil mereka memaksa menerabas pengendaraa yang lain. GILA Mereka. Sudah tau macet masih maksa.

Kadang saya berpikir, mobil yang membawa pejabat itu sama kaya mobil ambulance yang membawa orang sakit parah atau mayat. Pejabat kita kan banyak yang sakit parah. Hati dan pikirannya. Ada juga yang seperti mayat. Tapi hidup.

Pejabat menerabas saat lampu merah memang udah dianggap wajar dan biasa oleh beberapa masyarakat indonesia.Tapi untuk saya pribadi ini gak wajar. Mereka itu harusnya ngasih contoh yang baik. 

Pemimpin kita itu harusnya gak meminggirkan kita(rakyat yang sudah memilihnya). Kita yang menjadikan mereka pemimpin. Masihlah kita dipinggirkan saja. Mereka kan harusnya melayani kita.

Katanya mau dekat dengan rakyat.

Nyatanya, setiap turun ke bawah (ke lingkungan masyarakat) pengawal keamanannya lebay. Takut banget deket-deket sama rakyat. Kalau pemimpin kita benar-benar dengan rakyatnya, ya mustinya gak perlulah pengawalannya kayak ngawal teroris gitu.

2. Tidak Cinta Lingkungan

Ini yang terjadi pada hampir seluruh caleg. Segala tempat yang bisa ditempel. Ditempelah sama gambar-gambar mereka.

Belum jadi pemimpin aja sudah mengotori lingkungan, gimana nantinya.

Sama lingkungan sekitarnya saja sudah tidak peduli. Demi kepentingan sendiri. Segala pohon dijadikan tempat kampanye. Tembok-tembok bangunan orang lain dipasang gambarnya.

FYI. Jangan mudah percaya sama gelar para caleg. Ingat, gelar itu bisa dibeli. Jangankan gelar sarjana, gelar Haji pun bisa dibuat sendiri. Ini terjadi pada seseorang yang saya kenal sendiri.

Caleg-caleg juga banyak yang melakukan pemasangan baliho, banner, ataupun pamflet gambar dirinya sebelum waktunya. Harusnya dimulai dari tahun ini. Tapi dari taun lalu juga banyak kan tuh caleg-caleg yang promosi. Mulai dari caleg yang berpeci sampai yang berdasi.

3. Yang suka ngasih Janji Serba GRATIS.

Nah ini. Caleg atau pun calon pemimpin yang [sok] kaya.
Mentang-mentang masyarakatnya suka yang gratisan, segalanya dijadiin gratislah sama dia.

Sebenernya ya gak apa-apa juga kalo emang bisa gratis. Tapi jelasin dong, kalian mau ngasih gratis, duit gantinya mau ngambil dari mana??
Jangan gembor-gembor gratis taunya utang Indonesia makin bengkak. 

Mereka sih tetep adem ayem, makmur jaya. Jadi gak jadi program GRATISnya. Toh kalau mereka sudah kepilih, semuanya serba ditunjang -.-

Buat program kerja yang wajar-wajar saja. Kalau memang ada yang gratis sesuaikan saja sama tempat dan orangnya. Gak usah gratis menyeluruh.

4. Gak amanah
Kemarin saya baca berita tetang anggota DPR yang bolos rapat karena mau kampanye untuk nyalon lagi.
Gila tuh orang.
 
Lagi-lagi urusan rakyat dipinggirkan demi kepentingan pribadi. Udah tau rapat ngebosenin, masih aja nyaleg lagi. Pengen banget ya makan duit rakyat.

Waktu itu saya nonton acara di sc*v yang ada Slanknya juga. Disana ada rike diah, dia bilang untuk membuat satu peraturan perundang-undangan  yang baru saja butuh waktu lima tahun.
Lah iyalah butuh waktu selama itu, orang kalau rapat aja pada molor. Kalau gak molor malah pada twitteran. Tapi kalau yang dirapatin proyek milyaran, triliyuran, nah baru deh cepet.

Saya inget kata-kata di ILK
Kalau kita berpikir, 'ambil saja duitnya, urusan siapa yang dipilih, mereka kan gak tau. '
Nah kalau para caleg-caleg juga punya pikiran gitu. Gimana hayo. 'Ambil saja duitnya. Urusan rakyat kapan-kapan aja.'

5. Mengorbankan Keluarga

Nah ini. Ini kadang jadi jurus andalan orang-orang yang gak terkenal. Tapi pengen cepet terkenal.
Akhirnya munculah kasus-kasus yang cuman cari sensasi belaka. Perceraian dengan penyebab yang terlihat sangat dibuat-buat.

Contohnya iv*n fadi*a. Saya sih sudah menduga, kalau dia itu mau nyaleg.
Kalaupun memang kasus perceraian dia itu bukan untuk mendongkrak popularitasnya, saya tetep kurang suka sama dia. Karena dia menampilkan aibnya sendiri sebagai seorang kepala keluarga.


Berhubung saya korban infotemen jadi saya lumayan tau .hhe

Kan dia sendiri tuh yang bilang, kalau harga dirinya sebagai seorang pemimpin di  rumah tangga gak dipandang lagi sama istrinya. Yang mana istrinya adalah anggota DPR.

Nah, dikeluarga aja dia gak bisa dihargai sebagai pemimpin. Dia gak tegas. Gimana lagi ngewakilin jutaan hak masyarakat disono ._.
Ya mudah-mudahan dia gak akan mengorbankan kepentingan rakyatnyan deh. Ngomong-ngomong anaknya  ganteng juga dah *salahFokus*


Kalau ngomongin anggota DPR, saya jadi keinget omongan dosen saya yang bilang
"Orang-orang yang jadi anggota DPR itu yang IPnya kecil,"

ya, mudah-mudahan saja IP saya lantjar Djaya. Biar bisa lebih dari sekadar jadi anggota DPR (aamiin)


referensi:
http://martinfhsunsri.blogspot.com/2011/10/patwal-gubernur-pukul-mahasiswa.html
Nafilata Primadia
Load comments