-->
Nafilata Primadia

DPR sibuk 'drama', Harga BBM siap-siap Naik

DPR sibuk 'drama', Harga BBM siap-siap Naik
"Ih, masa bensinnya udah mau naek lagi sih harganya." Seorang teman saya datang mendekati saya sambil memasang muka masam.
"Iya, udah mau 10 ribu aja. Pertamax aja belum pernah kebeli nih." Saya menanggapi keluhan teman saya dipagi hari itu.

Ya begitulah. Beberapa hari ini saya dan beberapa teman saya--pengguna bensin bersubsidi--sering ngegosipin kenaikan harga BBM ini. Menurut kabar yang berhembus dengan kencang kenaikannya sebesar Rp.3 ribu. Gak terlalu tinggi ya?

Dua tahun lalu--baru beberapa bulan mengendarai motor sendiri ke kampus, harga BBM yang tadinya Rp4500 jadi Rp6500. Naiknya sih cuman dikit. Tapi karena paginya Rp10.000 bisa dapat 2 liter, terus dihari yang sama--sorenya beli Rp10.000 jadi dapet 1,53 liter. Masih kaget gitu. Gak percaya. Dari 2 jadi 1,... Aku masih belum percaya. Saking belum percayanya, kalau beli bensin di SPBU saya jadi suka ngliatin meterannya, berharap bisa sampai angka 2. :D

Sering tuh, tiap saya ngantri di SPBU, rame juga mobil-mobil ketje yang ngantrinya dibagian premium juga. Kadang saya suka mengumpat dalam hati
"Mobilnya sih keren, platnya cantik, yang bawa juga bergaya. Tapi kita ngantrinya sama aja ye. Sama-sama dibagian bersubsidi."
Nah disaat-saat seperti itulah saya merasa derajat kita sama(hahahahha) dan sangat berharap BBM gak usah lagi disubsidi khususnya buat yang punya mobil mewah itu.
Pemerintah sering bilang, anggaran untuk subsidi BBM itu terbuang sia-sia. Cuma jadi asap yang malah bikin polusi aja. Yang menikmati pun hanya kalangan menengah ke atas.

Kenaikan harga BBM Bersubsidi


Ya kalau BBM naik terus harga kebutuhan pokok itu tidak naik tidak masalah. Tapi apa pemerintah bisa memastikan itu? Baru isu saja, harga di pasar langsung naik. Padahal harga BBMnya belum naik, harga cabe-gula langsung naik aja. Kebelet tenar juga sih cabenya.

Kalaupun harga kebutuhan pokok tetap naik, apa gaji buruh dan pegawai ada kenaikan juga? Ini sih menurut saya yang gak sebarapa ini ya, kan di Indonesia ini gak semuanya petani dan nelayan. Yang jadi konsumen hasil petani dan nelayan kan ada buruh dan pegawai juga. Kalau harga beras, sayur, buah, dan ikan mahal, nanti buruh dan pegawai yang gajinya gak seberapa ya bakal ngirit-ngirit juga beli sayur, buah, dan ikannya. Wah, kebutuhan gizinya bisa berkurang nih :D.

Kemudian, waktu itu saya baca postingan Nanik S Deyang yang mengomentari sebuah artikel berita yang menyatakan kalau selama ini subsidi BBM bikin orang Indonesia malas.

Kenaikan harga BBM Bersubsidi

Saya ini banyak gak ngertinya lho...jadi saya setuju sama Mbak Rieke Diah Pitaloka yang tetap memperjuangkan harga BBM tidak boleh naik. :D Kata mbak Rieke, mustinya pemerintah ini tangkepin dulu itu mafia-mafia migasnya.

Enggg...itu lho pak, kalaupun pemerintah tetap memaksa menaikkan harga BBM dan mengalihkan subsidinya untuk hal-hal yang lebih produktif, ngasih bantuan ke warga miskin tiap bulan itu apa menjamin lebih bermanfaat juga gitu. Mending kan buat nambahin dana penelitian peneliti-peneliti di Indonesia ini. Atau buat bangun jalan di Lampung pak. Ini Lampung kayaknya daerah diluar pulau jawa yang jaraknya paling dekat ke Jakarta--ibu kota negara, lah kok malah masuk 10 besar daerah termiskin ya. Sedih saya pak, jalan yang saya lewati tiap pulang-pergi kuliah kok ditambal terus gitu pak. Jrenggulannya itu lho pak, kalo naek bus ekonomi kerasa banget.

Mungkin ya, kalau gaji dan tunjangan menteri dan anggota DPR yang diturunin, terus harga BBM gak usah naik, mungkin akan banyak rakyat yang setuju. Ya tapi si wakil rakyat itu ya mana mau 'berkorban' untuk rakyat ye :D. Rakyat mana kali yang diwakili. Masih aja sibuk bikin drama. Apa efek kehadiran artis-artis ya. :v

Nafilata Primadia
Load comments