-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 37

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 37

 Ayat-Ayat Cinta 2
 Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 37



Paman Hulusi tidak berani berkomentar apa-apa. Sepanjang perjalanan ia diam. Sementara Fahri membayangkan satu waktu bersama Aisha di Freiburg di ujung musim dingin. Itu adalah siang hari yang mendung. Ia sedang mengedit sebuah artikel untuk sebuah jurnal ilmiah di kamar kerjanya. Aisha tiba-tiba memeluknya dari belakang.


"Aku ingin makan ikan panggang di restoran pinggir Danau Titisee di tengah Black Forest. Ayo siap-siap, kita ke sana, Sayang!" pinta Aisha.

"Pukul dua nanti aku ada janji jumpa Profesor Dikinciler."

"Tolonglah, sayang, arguk*, please!" rengek Aisha sambil menciumi tengkuknya. Maka ia pun tidak bisa menolak kemauan istri terkasihnya itu. Siang itu ia batalkan rencana perjumpaannya dengan supervisornya demi Aisha. Setelah makan siang di Danau Titisee, Aisha mengajaknya ke Hotel Alemannenhof. Salah satu hotel legendaris di pinggir danau titisee.

Ternyata Aisha telah menyiapkan segalanya dengan rapi. Aisha bahkan memberikan kejutan. Ia telah memesan perlengkapan spa di kamar. Dan siang itu dirinya dilucuti oleh Aisha untuk dipijat dan disegarkan dengan spa hingga dirinya tertidur. Sore hari menjelang Maghrib, pemandangan di teras beranda hotel yang mengarah ke Danau Titisee begitu memesona. Ia berdiri sambil memeluk Aisha, dengan mulut menggumamkan dzikir sore. Dan kedua mata menikmati panorama alam yang luar biasa indahnya. Bau khas parfum lembut Aisha menyempurnakan suasana romantis itu. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan Aisha?

Dan malam harinya, di kamar hotel di pinggir Danau Titisee itu, Aisha menjelma menjadi bidadari yang telah membuang segala rasa malunya dihadapan suaminya tercinta, dan memberikan yang terbaik saat beribadah bersama suaminya. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan Aisha?

Hidup bersama Aisha adalah ibadah penuh cinta dan kemesraan.

"Ya Allah, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya. Ampuni hamba-Mu kalau sampai cintaku kepadanya menutupi cintaku kepada-Mu ya Allah!" lirih Fahri sambil menyeka air matanya.

"Sepuluh menit lagi kita sampai, Hoca." Gumam Paman Hulusi mengingatkan. Fahri mengambil tisu dan membersihkan mukanya.

"La haula wa la quwwata illa billah,... La haula wa la quwwata illa billah..." Fahri mengulang-ulang dzikirnya.

Mobil SUV itu terus melaju di jalan utama Kota Musselburgh yang menghampar mengikuti garis pantai. Mendekati Fisherrow Harbour, Paman Hulusi mengurangi kecepatan. Di pojok Newhailes Road, tepat menghadap Harbour Road, tampak bangunan bercat cokelat muda cerah. Itu adalah bangunan minimarket Agnina, dan resto Halal Agnina. Fahri langsung minta izin shalat Ashar di sebuah ruangan kecil di lantai tiga, bersebelahan dengan ruang rapat. Usai shalat, Fahri memimpin rapat.

Minimarket itu memiliki enam karyawan untuk dua shift. Sementara restonya memiliki dua koki dan empat karyawan untuk dua shift. Mereka semua berada di bawah tanggung jawab harian Moas Abdelkerim, seorang manajer muda enerjik dan jujur yang berasal dari Sudan.




***
(Bersambung...)

*Bahasa Arab logat Mesir, artinya Aku mohon. 
Nafilata Primadia
Load comments