-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 42

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 42

Ayat-Ayat Cinta 2
Ayat-Ayat Cinta 2




"Subhanallah, Mas Fahri. Berapa abad kita nggak ketemu. Tidak menyangka kita akan jumpa di sini."

"Subhanallah. Saya juga tidak menyangka. Agak ragu tadi aku mau menyapamu. Antara yakin dan tidak yakin. Tapi aku nekat saja. Sedang apa kau di sini, bawa ransel besar sekali."

"Sedang jalan-jalan sebelum pulang ke Indonesia."

"Pulang Indonesia? Jadi kau selama ini di mana?"

"Di Bangor, Wales, mas."

"Pulang, 'ala thul?*" tanya Fahri dengan bahasa Indonesia campur bahasa 'amiyah Mesir. Persis saat masih di Kairo dulu.

"Selesai doktor apa master?"
"Ceritanya panjang, mas."
"Ayo cerita kalau begitu. Kau nginap di mana?"

"Belum ada penginapan. Kebetulan sekali ketemu Mas Fahri."

"Kau sama siapa jalan-jalan kesini?"

"Sendirian, mas."

"Sendirian?"

"Iya."

"Subhanallah."

"Bagaimana lagi, masak sudah di UK, cuma taunya London sama Bangor. Kalau harus pulang, ya paling tidak tahu juga Edinburgh dan kota yang lain. Maka aku nekat mas. Backpacker-an. Namanya juga mahasiswa."

"Wah, masih sama kayak di Mesir dulu. Haji atau umrah backpacker-an pakai kapal Wadi Nile pilih yang suthuh **, biar murah."

"Mas Fahri masih ingat saja. Mas Fahri sedang apa di sini? Mana Aisha, Mas?"

"Ceritanya panjang. Kau sudah makan?"

"Belum."

"Ayo kita makan. Setelah itu kau nginap di rumahku saja."

"Mas Fahri punya rumah di sini?"

"Ceritanya panjang."

"Ah, kok, jawabannya selalu ceritanya panjang terus."

"Lha, kamu yang mulai. He hehe."

"Mas Fahri masih sama seperti dulu, nggak berubah."

"Ayo kita cari makan!"

****
Fahri mengajak Misbah shalat Isya' di Edinburgh Central Mosque, lalu makan di The Mosque Kitchen yang ada di samping masjid. Fahri dan Paman Hulusi hanya memesan teh panas. Sementara, Misbah memesan nasi biryani, lengkap dengan daging domba yang disiram kuah kari khas Pakistan. Tampaknya Misbah benar-benar kelaparan. Nasi biryani yang menggunung itu ia babat sampai habis dalam waktu tidak lama. Setelah itu, ia teguk teh panasnya. Kening Misbahtampak berkeringat meskipun udara terasa dingin.

"Jadi ini tahun ketiga, mau masuk tahun ke empat kau kuliah di Bangor University?" tanya Fahri.

"Benar, mas. Dan terpaksa saya kayaknya akan pulang tanpa membawa gelar Ph.D Ekonomi Islam dari UK. Mau bagaimana lagi? saya ini diktiers, mas." Jawab Misbah setelah ia menyeruput teh panasnya.

"Diktiers itu apa?"

"Orang-orang Indonesia yang bisa kuliah ke luar negeri atas biaya dikti. Teman-teman menyebutnya Diktiers. Sudah terkenal-lah dikalangan mahasiswa Indonesia di luar negeri bahwa penerima beasiswa Dikti itu nasibnya untung tidak untung."


***
(bersambung...)

* Pulang, terus selamanya?
** Dak paling atas  
Nafilata Primadia
Load comments