-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 64

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 64
[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 64


"Tapi kalau masalah di Palestina dikaitkan dengan ideologi, apa tidak semakin membuat rumit, mas, malah akan memicu perang agama."

"Kita tentu tidak menginginkan perang agama. Karena pada kenyataannya, perang agama tidak membuat sebuah agama musniah, yang musnah adalah umat manusianya yang berperang. Masalah Palestina, masalah Israel, harus dilahat secara jujur. Orang Yahudi sendiri sudah begitu jujur dan terang-terangan mengatakan itu bagian tak terpisahkan dari teologi dan ideologi mereka. Kenapa yang bukan yahudi mencoba menutup-nutupinya? Orang Yahudi dan seluruh dunia juga harus tahu, bagaimana umat Islam, Palestina dengan masjidil Aqsa-nya juga bagian tak terpisah dari agama. Itu tempat suci bagi umat islam. Tak perlu ditutup-tutupi. Begitulah adanya. Barulah semua pihak duduk bareng, jika seperti itu bagaimana solusinya? Jangan orang Yahudi ngotot dengan teologinya, terus umat islam diminta minggir begitu saja, diminta mengalah dan dibohongi bahwa itu masalah politik. Itu hanya masalah bagaimana Amerika dan negara-negara Barat menguasai minyak di Timur tengar dan lain sebagainya. Unsur itu ada, tapi pada kenyataannya teologi dan ideologi sangat kuat menjadi latar belakang masalah itu. Dan itu dunia harus tahu dan jujur mencari solusi."

Tak terasa mereka sudah memasuki kawasan Stoneyhill. Sejurus kemudian rumah Fahri sudah tampak ketika mobil itu belok kiri. Di halaman rumah Fahri, tampak sebuah mobil sedan porsce 911 merah terparkir,


"Tampaknya Mas Fahri kedatangan tamu. Lihat sedan merah itu!"

"Iya, itu tampaknya mobil yang tadi pagi ada di rumah Tuan Taher."

"Jangan-jangan anak perempuannya yang datang, mas."

"Mungkin saja."

Fahri memarkir mobil SUV di garasi. Ia keluar dari mobil dan masuk rumah sambil membawa bungkusan makanan diikuti Misbah. Dan benar, di ruang tamu tampak Heba, putri Tuan Taher. Di atas meja telah terhidang Bridie dan Scotch Pie.

"assalamualaikum, Heba," sapa Fahri.

"Alaikassalam wa rahmatullah," jawab Heba.

"Sudah lama?"

"Belum. Lima menit."

"Sendirian? ada yang saya bantu?"

"Ya. Sendiri. Ayah ada janji bertemu koleganya. Saya diminta ayah menyampaikan maaf jika ada yang tidak berkenan."

"Oh, tidak ada yang perlu dimaafkan. Tidak ada yang salah."

"Sekalian mengantar Bridie dan Scotch PIe. Lupa membungkuskan.

"Terlalu merepotkan."

"Tidak."

"Sudah sarapan?"

"Sudah, sarapan dengan Bridie dan Scotch Pie."

"Kami bawa nasi Biryani Lamb. Mau sarapan bersama kami?"

Heba melihat jam tangannya dan berpikir sejenak.

"Boleh."

"Paman Hulusi, minta tolong disiapkan empat piring."

"Baik, Hoca. Tehnya mau dipanaskan atau membuat yang baru?"

"Dipanasakan saja, biar tidak mubadzir."

"Baik, Hoca."


***
(bersambung...)
Nafilata Primadia
Load comments