-->
Nafilata Primadia

Catatlah dengan Baik

Catatlah dengan Baik
Tulslah. Menulis itu penting



Beberapa hari yang lalu, saat saya bersama dua orang teman saya mengobrol santai di salah satu tempat penjual es dugan, tiba-tiba suasana berubah menjadi tidak santai. Hal ini karena obrolan seputar duit pinjaman dimulai. Saya pernah meminjam duit kepada salah seorang teman saya ini. 

Rupanya hitungan uang pinjaman antara saya dan teman saya berbeda. Yang teman saya tagih, jauh dari hitungan versi saya, yang seharusnya saya bayarkan. Sempat merasa tidak terima ditagih sebanyak itu, saya mulai tidak santai. Bahkan ketika ada seorang pengamen datang, saya ikutan jengkel sama itu pengamen. Saya benar-benar merasa tidak terima dengan hitungan teman saya. Teman saya berkali-kali menghitung dengan versi dia, dan berkali-kali saya tetap ngotot kalau yang harus saya bayarkan tidak sebesar itu. Dan jumlah yang harus saya bayarkan sekarang tidak sebanyak yang dia hitung. Tapi teman saya juga tetap ngotot. Suasana benar-benar sudah berubah. Saya memang gak suka kalau sudah ngomongin masalah uang. Hahaha. Sampai-sampai seorang pembeli yang duduk di belakang saya, ketawa-ketawa mendengar obrolan saya dengan teman saya.

Saking merasa tidak terima, saya langsung katakan kepada teman saya, kalau saya akan berikan uang seperti yang dia hitungkan. Saya bilang, kalau saya males lagi, nanti dibahas-bahas lagi. Teman saya pun tetap dalam pendiriannya, bahwa saya lah yang lupa. Dan memang antara saya dan teman saya memang tidak ada yang mencatat terkait uang pinjaman tersebut. Ini salahnya juga. 

Saya tidak lagi ikut dengan dua orang teman saya yang hendak mencari lauk makan. Mood saya benar-benar hancur untuk ngobrol dengan teman saya itu. Selama diperjalanan pulang  ke rumah, bahkan saya masih terus memikirkan obrolan tadi. Hingga akhirnya, saat sampai di rumah, saya buka handphone, dan terdapat 5 pesan WA. Dari teman saya. Dia meminta maaf, karena ternyata dia yang lupa. Karena khawati kalau ternayat dia merasa gak enak sama saya lantaran sikap saya yang berubah drastis, langsung saya tanyakan lagi, serius kah dia yang salah. Saya malesnya kejadian lagi hal yang sama seperti di tempat es dugan. Teman saya menjawab, kalau dia yang lupa, dia yang sudah memakai uangnya. 

Meme SBY Hutang
Iya pak, saya lunasin kok utang saya


Sebenarnya saya seorang yang sangat teledor. Sering sekali lupa saat meletakkan sesuatu. Beberapa kali saya harus kehilangan uang lantaran tidak benar menaruh uang di saku. Kemudian uang saya harus terbang dijalanan lantaran hal yang sama. Bahkan saya pernah meninggalkan handphone baru saya di warung makan. Dan saya menyadarinya setelah sampai di rumah. Beruntung handphonenya langsung diselamatkan oleh penjual di warung makannya. Padahal setelah selesai makan itu, saya sempat berhenti di halte kampus, dan hampir satu jam berada di sana. Tapi saya tidak merasa kehilangan. Di awal kuliah, saya juga sempat beberapa kali meninggalkan laptop saya di kelas setelah selesai kuliah. Ini karena saya menaruh laptopnya menggunakan tas terpisah dengan tas ransel saya. Kunci motor pun, sering. Sering kali saya lupa di mana saya meletakkan kunci motor saya. Tapi saya tidak grusah-grusuh ketika lupa. Hahaha karena sudah sering lupa naruh kunci motor. 

Kejadian terkait "lupaan" dan teledor ini juga terjadi di beberapa minggu yang lalu. Ketika saya bersama teman saya ikut rombongan dosen pembimbing saya ke suatu sekolah SMK, dalam rangka kegiatan LKS. Selesai acara, kami serombongan diajak makan oleh kepala sekolah SMK di tempat makan yang cukup terkenal katanya. Sampai di sana, suasana sebenarnya tidak terlalu ramai. Saya bersama dua orang teman saya, duduk di tempat terpisah dari rombongan dosen pembimbing dan guru-guru smk. 

Singkat cerita, datang seorang pelayan yang membawa secarik kertas dan juga pena. Dia menghampiri meja guru-guru. Satu persatu menyebutkan makanan dan minuman pesanannya. Terlihat si pelayan itu sibuk 'menuliskan' sesuatu di kertas yang dibawanya, sambil beberapa kali menanyakan kembali apa yang dipesan.

Pelayan Restoran Ganteng Murah Senyum
Pelayan Restoran


Kemudian, dia menghampiri meja saya dan teman-teman. Saya menyakan menunya apa saja yang tersedia. Dia menunjukkan ke ujung meja. Saya kira dia minta tolong ambilin lap. Karena yang terlihat jelas disitu adalah lap. Ternyata setelah ditelusuri, kertas menunya nyelip -_-.

Lanjut, saya membaca daftar menunya. Saya putuskan untuk memesan ayam bakar sajalah. Pelayannya tanya lagi, ayam kampung atau ayam biasa. Saya langsung jawab saja, ayam biasa. Biar cepet. Kembali dia tanya, minumnya apa. Di daftar menu saya lihat ada es jeruk, jeruk panas, saya pesankan air jeruk yang gak pake es, tapi gak panas. Karena bingung, dia tanyakan lagi maksudnya. Akhirnya dijelaskanlah oleh teman saya. Sedangkan teman saya, satu memesan teh manis hangat, yang satu lagi air minum biasa yang hangat. 

Total rombongan ini ada 7 orang. Tidak banyak kan.

Tapi, tiba-tiba lelaki tadi datang lagi, menyakan lagi tadi pesannya apa saja. Dan untuk kedua kalinya, dia bingung dengan pesanan kami.

Setelah menunggu beberapa saat, datanglah minuman yang dipesan. Pesanan minuman di meja saya awalnya gak sesuai dengan yang dipesankan. Kami mulai emosi sama si pelayannya. Datang lagi kali kedua, milik saya dan seorang teman saya benar. Tapi untuk teman saya yang satunya, salah. Teman saya memsan teh manis hangat. Setelah dicicip ternyata teh tawar. Saya bilang saja keteman saya, "Bilanglah ke mamasnya. Mas ini salah. Gak liat juga orangnya kalo itu udah kamu minum. "
"Oh iya-ya. Minta tuker aja ya." kata teman saya.

Akhirnya setelah mengantarkan pesanan di meja seberang, saya memanggil lelaki yang sama dengan yang sebelumnya. Teman saya langsung bilang "Mas, ini tehnya tawar ya?"
Tanpa basa-basi, si pelayannya langsung ambil teh teman saya, dan datang membawa teh yang baru lagi. Dan ternyata, tehnya tawar lagi.
"Ini mah sama aja." kata teman saya. "Atau jangan-jangan manisnya di sini itu kayak gini. Haduh, padahal sama aja kayak yang tadi. Yang tadi dikemain lagi."

Melihat kejadian ini saya jadi ketawa-ketawa deh. Udahlah minuman yang diambil itu bekas diminum, ini tukerannya masih sama salah juga. Dan salahnya gak cukup sampai disitu. Makanan pesanan dosen pembimbing saya adalah yang paling terakhir di antar. Sudahlah terakhir salah lagi. Dosen saya pesan ayam kampung bakar. Di tambah sayur asem. Yang dateng malah ayam bakar, tapi yang ayam biasa, dan di dalam sayur asemnya, kacang tanahnya belum di kupasin. 

Lah, saya jadi heran. Ini tempat kok bisa cukup terkenal. Palayaannya gak menyenangkan.
Bahkan saat selesai makan, saya diberi tahu oleh teman saya yang melihat kalau ternyata lalapan yang masih ada di piring pesanan orang, di ambil lagi, dicuci lagi, terus dihidangkan lagi.

Ummm, saya sih berpikirnya, yah mungkin untuk memanfaatkan lagi. Malah lalapan teman saya, dipegang-pegang semua sama dia, biar gak di pake lagi. Kalo saya sih, sudah saya habiskan :p

Drama pelayan kelupaan masih berlanjut sampai di meja kasir. Ternyata apa yang saya dan teman saya dugakan benar. Si pelayan cuma sok keren aja bawa kertas sama pena. Padahal gak ada yang ditulis. Kayaknya itu pelayan cuman nyoret-nyoret bikin gambar benang ngruel deh.
Pas mau bayar, pelayannya disuruh nyebutin pesanan rombongan kami, malah kebingungan. Sampe dimarahin sama bude tukang masaknya, "Makanya dicatet. Dicatet yang bener." eh temennya yang lain nanyain lagi, tadi pesennya apa. Lah, kan. Keburu mau pulang, malah ribet lagi -_-


Jadi, dari dua kejadian ini, saya benar-benar menyadari, betapa pentingnya mencatat. Huft.
Sepandai-pandainya kamu mengingat pasti akan 'lupaan' juga. Maka catatlah. 






Sumber gambar: https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/menulis-efektif-menambah-kosakata-anak
http://www.keepcalm-o-matic.co.uk/p/ingat-hutang-itu-dibayar-bukan-diratapi/
http://ciricara.com/2012/08/01/apa-yang-membuat-pelayan-restoran-kesal/
Nafilata Primadia
Load comments