-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 262

[Cerbung] Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 262
Cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 262
Cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 262



Rabi Benyamin, Baruch dan Prof. Thomas tentu saja membela pendapatnya dengan tambahan argumentasi, namun Fahri mampu menghadirkan argumentasi lanjutan yang tidak kalah rasional dan ilmiah. Diskusi itu terpaksa disudahi oleh Profesor Charlotte ketika waktu sudah habis. Kubu Rabi Benyamin dan Baruch tampak belum puas dengan hasil diskusi itu. Sementara Fahri, yang boleh dikatakan menjadi bintang pada acara itu, langsung diserbu banyak orang untuk meminta alamat, bahkan sebagian hendak mengundangnya untuk diskusi lanjutan. Fahri menanggapi satu persatu permintaan orang-orang itu dengan sabar.

Prof. Charlotte duduk menunggu sampai Fahri selesai melayani orang-orang itu satu persatu. Begitu selesai Prof. Charlotte mendekati Fahri dan menyampaikan terima kasih yang mendalam.

"Saya merasa tidak salah memintamu untuk mengajar di universitas ini. Diskusi tadi benar-benar hangat. Meskipun ada bagian-bagian yang saya tidak sependapat denganmu, tetapi konsep bangsa pilihan Tuhan yang kau sampaikan lebih rasional. Juga pemahaman tentang bangsa Amalek yang kau kemukakan bisa membuka cakrawala baru bagi para Yahudi ekstrim. Oh ya, tentang debat di Oxford, kau sudah siap? Saya mendapat tembusan dari pihak Oxford Union bahwa waktunya sudah dekat."

"Insya Allah, Profesor,"

Diskusi dan debat siang itu juga dihadiri beberapa perempuan bercadar. Perempuan-perempuan bercadar itu tidak semuanya orang muslim, ada juga yang bercadar itu adalah perempuan-perempuan Yahudi. 

Salah satu perempuan bercadar itu begitu detail menyimak diskusi itu dari awal hingga akhir. Bahkan ketika Fahri berbincang dengan Profesor Charlotte, sepasang mata perempuan bercadar itu mengamati Fahri dari kejauhan. Sayangnya Fahri sama sekali tidak menyadarinya.

Ketika Fahri berjalan meninggalkan ruangan itu, perempuan bercadar itu tetap diam duduk di sebuah kuris yang terletak agak di pojok ruangan. Perempuan itu terus memperhatikan Fahri dengan kedua mata berkaca-kaca. Fahri sama sekali tidak menengok dan memperhatikannya. Yang diingat Fahri adalah nenek Catarina, apakah harus kembali dibawa ke klinik ataukah sudah boleh dibawa ke rumahnya.

Ternyata Nenek Catarina menunggu di luar dan memaksa Fahri untuk membawanya pulang ke rumahnya di Stoneyhill Grove. 

Nenek itu benar-benar tidak mau lagi dikembalikan ke Musselburgh Primary Care Centre. Fahri sama sekali tidak bisa membujuk nenek itu agar kembali dirawat.

"Jangan paksa aku, apapun yang terjadi pada diriku, akulah yang menanggungnya. Aku ingin kembali ke rumah." Kata Nenek Catarina kukuh.

Fahri tidak mau harus menuruti keinginan nenek itu.


***
Bersambung
Nafilata Primadia
Load comments