-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 86

[Cerbung] Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 86
Cerbung Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 86
Cerbung Ayat-ayat Cinta 2 Bagian 86




"Begini Paman, Saya harus menulis. Nanti kita pulang dulu ke Stoneyhill, shalat maghrib di rumah. Paman dan Misbah saja nanti yang hadir, biar mereka tidak kecewa."

"Yang diundang itu kan sebenarnya Mas Fahri, Sebaiknya Mas Fahri hadir meskipun sebentar," Tukas Misbah.

"Tenang saja Bah, Paman Hulusi bisa menyelesaikannya dengan baik. Saya harus nulis, malam ini tulisan saya ditunggu Profesor Stevens."

"Hoca mau makan di sini atau dibungkuskan untuk makan malam? Atau nanti minta dibungkuskan dari rumah Tuan Tahir?"

"Bungkus dari sini saja Paman. Biryani ayam saja. Jangan lupa bungkuskan juga untuk nenek Catarina."

"Baik Hoca."

"Oh ya Paman, tolong panggilkan Madam Barbara. Ada hal kecil yang ingin aku tanyakan padanya,"

"Baik Hoca,"

Paman Hulusi meninggalkan ruangan itu untuk menjalankan semua perintah Fahri. Tak lama kemudian Madam Barbara datang.

"Ada apa Tuan?"

"Madam, bagaimana perkembangan anak itu? Si Jason. Apa dia masih suka mengunjungi tempat kita dan mencuri cokelat?"

"Masih Tuan. Kemarin dan kemarinnya. Dua kali."

Fahri mengangguk.

"Jangan diapa-apakan ya. Dan bersikap biasa saja. Biar dia saya yang urus ya?"

"Baik Tuan."

"Itu saja yang ingin saya tanyakan. Madam Barbara, boleh kembali ke tempat kerja."

"Iya Tuan."

***

SUV BMW putih itu menerobos gerimis meninggalkan mini market dan resto Agnina. Jalanan Musselburgh basah, namun ramai oleh kendaraan orang-orang yang pulang kerja. Beberap orang berjalan di trotoar sambil berteduh di bawah payung. Paman Hulusi mengendarai mobil itu dengan santai. Tiba-tiba Fahri meminta Paman Hulusi berhenti.

"Ada apa Hoca?"

"Mundur pelan-pelan Paman. Lihat di belakang itu, di halte itu! Bukannya itu Nyonya Janet tetangga kita?"

Paman Hulusi melihat ke spion.

"Benar Hoca. Itu nyonya Janet tetangga kita sedang menunggu bis." Paman Hulusi melihat jam di dasbord mobil. "Dua menit lagi juga bis datang Hoca."

"Kita tawari bareng saja Paman. Kalau tidak mau ya nggak apa-apa."

"Baik, Hoca,"

Mobil berhenti tepat di depan Nyonya Janet berdiri. Fahri ke luar menyapa Nyonya Janet dan menawarinya untuk naik mobil. Nyonya Janet menerima tawaran Fahri dan masuk mobil. Nyonya Janet duduk di samping Misbah. Selama di perjalanan, mereka tidak banyak bicara. Nyonya Janet cenderung diam. Fahri dan Paman Hulusi juga memilih diam. Pengalaman Fahri mencoba ramah kepada Keira namun ditanggapi dingin membuatnya tidak ingin mengulang kepada Nyonya Janet.


***
bersambung...
Nafilata Primadia
Load comments