-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 88

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 88
Cerbung Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 88

Tubuhnya lelah. Namun rasa lega dan bahagia setelah menyelesaikan sebuah aktivitas positif membuatnya seperti kecanduan ingin melakukan aktivitas positif lainnya. Ia jadi teringat ajaran Pak Kyai di pesantren dulu. Kenapa kalau khataman Al Qiran begitu selesai membaca surat Annas, langsung membaca Al Fatihah dan awal surat Al Baqarah? Itu karena begitu khatam, langsung memulai aktivitas membaca Al Quran lagi. Tidak menunda-nunda. Selesai amal shaleh, langsung disusul amal shaleh berikutnya.

Kopi yang dibuatkan Paman Hulusi sepuluh menit yang lalu masih mengepul. Ia menyeruputnya dengan penuh kenikmatakan.

"Alhamdulillahi bi ni'matihi tatimmush shalihat." Gumamnya.

Masih ada waktu satu jam sebelum ia istirahat untuk tidur. Ia memandang ke luar dari jendela tempat kerjanya. Sepi. Aspal basah. Rumah nenek Catarina sudah gelap. Kaca-kaca jendelanya gelap. Hanya lampu beranda yang menyala. Nenek itu telah tidur. Rumah Brenda masih gelap gulita. Bahkan lampu berandanya juga tidak menyala. Mungkin dia belum pulang dari kerja, atau tidak pulang kerja,

Fahri kembali menyeruput kopinya. Ia teringat buku yang ia pinjam dari perpustakaan The University of Edinburgh tadi siang. Ia beranjak mengambil buku itu dari tas kerjanya. Principles of Strategic Management ditulis oleh Tony Morden. Buku hard cover berwarna hijau dan biru setelah enam ratus empat puluh halaman itu mulai ia nikmati. Ia merasa perlu lebih mendalami menajamen startegi untuk mengembangkan usahanya. Ia harus mampu mengimbangi Ozan dan keluarga besar Aisha lainnya yang telah sangat matang dalam dunia usaha. Tahun depan ia harus membuka satu usaha baru yang prospektif di Indonesia.

Buku itu seumpama makanan yang sangat lezat dan menggairahkan baginya. Tak terasa sudah pukul dua belas dan ia masih asyik membaca buku tebal itu. Ia tersadar ketika mendengar bunyi mobil. Ia melihat jam tangannya. Sudah setengah satu dini hari. Dari jendela ia melihat taksi Black Cab berhenti di halaman rumah Brenda. Sopir gemuk keluar dari taksi. Fahri masih ingat itu adalah sopir yang mengantar Brenda beberap waktu yang lalu itu. Brenda juga keluar dari taksi. Pria gemuk itu mendekati Brenda. Keduanya langsung berciuman. Fahri memejamkan mata sambil membaca istighfar. Ia tahu persis Brenda dan sopir itu bukan siapa-siapanya. Untung itu di Edinburgh, kalau seperti itu terjadi di kampungnya, bisa dihajar warga mereka berdua. Adat dan budaya serta norma sangat berbeda antara orang Skotlandia dengan orang Indonesia.

Fahri menutup buku itu dan meletakkan di meja. Sudah saatnya istirahat. Ia berwudhu lalu shalat witir. Selesai shalat witir ia mendengar suara taksi itu mennggalkan stoneyhill grove. Fahri memasang jam bekernya lalu rebah. Bayangan Aisha dan suaranya membacakan puisi spesial itu berdenyar dalam pikirannya. Ia melawanya dengan konsentrasi membaca istighfar berulang-ulang sampai tertidur,


***
"Hoca lihat!" Fahri membaca tulisan di kaca depan mobilnya.

"Muslim=Terrorist! Go Hell1"
Fahri istighfar dalam hati.

***
bersambung... 
Nafilata Primadia
Load comments